View Full Version
Selasa, 26 Jul 2016

Muallaf Ini Pertanyakan Keilmuan Cendikiawan Muslim yang Dukung Gerakan Anti Jilbab

JAKARTA (voa-islam.com)- Belakangan ini ada sebuah gerakan yang memprotes kewajiban seorang muslimah. Gerakan ini konon kabarnya dibalut dengan adat-adat yang ada di Indonesia sebagai perlawanan.

"Belakangan ini marak digencarkan gerakan 'kebayanisasi' sebagai bentuk protes 'Arabisasi' yang dilakukan melalui jilbab. Ini aneh sekali. Parahnya, yang menjadi pelopor gerakan tersebut adalah seorang muslim, bahkan berlabel cendekiawan," tulis Irena Handono, dalam akun Twitter pribadi miliknya.

Ummi Irena, demikian panggilan akrabnya mempertanyakan keilmuwan orang-orang yang mendukung gerakan tersebut. "Tidakkah dia mencermati perintah Allah dan RasulNya dalam Quran dan Al-Hadits? Atau jangan-jangan dia belum membaca bagaimana sejarah peradaban pra-Islam yang menaruh wanita pada derajat paling hina? Inilah mengapa dalam Islam ditekankan pentingnya ber-ILMU sebelum ber-BICARA."

Ia mengatakan bahwa berjilbab bukan satu bentuk Arabisasi, melainkan bentuk tunduk dan patuhnya Muslimah kepada aturan Allah. "Kami cinta dengan jlbab kami."

Ia yang juga seorang pakar kristologi ini juga merasa heran, bila saja jilbab digugat karena budaya Asing, lantas kata-kata serapan yang diadopsi tidak dipermasalahkan. "Poin kedua yang umi herankan, jilbab digugat karena bentuk Arabisasi. Kenapa kosakata bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab, didiamkan? Padahal ada sekitar 2000-3000 bahasa Arab yang diserap ke dalam bahasa Indonesia/Melayu. Tapi, tidak menjadi sasaran gugatan." (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version