JAKARTA (voa-islam.com)--Hizbut Tahrir Indonesia, melalui juru bicara Ismail Yusanto mengatakan bahwa HTI ataupun Hizbut Tahrir seluruh dunia setidaknya memiliki dua sikap dalam memandang pemerintahan Erdogan. Yakni terkait development dan optimalisme.
Secara development Hizbut Tahrir memandang apa yang dilakukan Erdogan adalah sebuah kemajuan. Turki yang selama ini melarang hijab, perekonomian merosot, memerangi simbol-simbol agama, kini telah berubah di tangan Erdogan.
Namun, dari segi optimalisme menurut Ismail Turki belum terlihat kemajuannya. Yaitu menjadikan Islam sebagai sistem negara.
“Tetapi dalam perspektif optiomalisme dan maksimalisme ini jelas belum sampai pada titik dimana kita boleh berhenti, yaitu Islam,” kata Ismail saat ditemui di acara Halal Bi Halal Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang digelar di Balai Sudirman, Jakarta selatan, Kamis (27/7/2016) malam.
Ismail mengungkapkan hal itu ditunjukan Erdogan saat menolak usulan ketua parlemen yang berasal dari partainya, AK Parti yang mengusulkan penggantian konstitusi Turki yang dari sekuler menjadi Islam.
Bagi Ismail, hal ini perlu dikritik sebagai upaya amar ma’ruf nahi munkar terhadap Erdogan baik dari sis pemerintahan maupun secara pribadi.
“Dan kritisme harus ditangkap sebagai bagian dari usaha positif, bagian dari amar ma’ruf nahi munkar. Bukan dipandang secara negatif,” ujar Ismail.* [Nizar/Syaf/voa-islam.com]