MAKASSAR (voa-islam.com) - Tabligh akbar bertema Ketika Alqur’an Berlabuh di Hatimu sukses digelar DPP Wahdah Islamiyah di Masjid Anas bin Malik Kampus STIBA Makassar, Sabtu (30/7) selepas Duhur kemarin. Acara ini dipadati sekira 3.000 peserta yang memenuhi masjid dan ruangan-ruangan kelas sekitar masjid.
Syaikh Prof. Dr. Nashir bin Sulaiman al-‘Umar mengawali taushiyahnya dengan membacakan salah satu firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (artinya), “Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (QS. Thaha: 1-2).
“Kaum muslimin semua membaca Alqur’an bahkan menghafalkannya, tapi sebagian besar bahkan mungkin kita semua masih saja merasakan banyak persoalan hidup, bahkan kita terpenjara dengan persoalan ini, lalu di mana janji yang tadi Allah katakan bahwasanya Alquran tidak akan mendatangkan kesusahan,” tanyanya menggugah perhatian hadirin.
Ketua Lembaga Tadabbur Alqur’an ini kemudian menguraikan penyebabnya. Menurutnya, Alqur’an tidak memberikan penawar kesulitan disebabkan karena Alqur’an sekadar diucapkan oleh lisan namun makna-maknanya tak merasuk ke dalam hati. Padahal, menurut mantan Sekretaris Jendral Ikatan Ulama Muslimin ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan dalam Surah asy-Syu’ara’: 192-193 bahwa Alqur’an itu diturunkan oleh Allah melalui Jibril ke dalam hati Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Penyebab kedua menurut Syaikh Nashir adalah tidak mentadabburi Alquran. Tidak berusaha untuk memahami makna Al Quran. Ia menyebutkan bahwa kaum muslimin di berbagai belahan dunia memberikan perhatian yang sangat besar terhadap Alquran, baik dari sisi tajwidnya maupun hafalannya. Tapi menurutnya, hal itu tidak dibarengi dengan upaya untuk memahami apa yang ada di dalam Alqur’an, padahal Alqur’an diturunkan untuk ditadabburi ayat-ayatnya. Seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Surah Shad: 29.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memerhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”
Makna tadabbur sendiri, menurut Syaikh Umar berbeda dengan tafsir. Tafsir adalah menyingkap makna ayat-ayatnya dengan sangat mendalam. Adapun tadabbur adalah berusaha untuk memikirkan dan berinteraksi dengan ayat itu, terus menerus berusaha untuk memahaminya sampai kemudian jelas apa yang dimaksudkan oleh Allah dalam ayat tersebut.
Beliau mencontohkan, seorang wanita yang telah lama menikah namun belum dikaruniai anak mendengarkan bacaan imam shalat yang membaca Surah Nuh. Dalam surah itu menyebutkan, “Maka aku katakan kepada mereka, "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu (istighfar), sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12). Wanita itu kemudian mentadabburi ayat-ayat itu kemudian memperbanyak istighfar (memohon ampun kepada Allah), dan benar, tak lama kemudian Allah menganugerahinya keturunan.
Alqur’an menurut pakar Alquran ini adalah solusi dan jalan keluar bagi seluruh permasalahan hidup. Ia mencontohkan salah seorang yang sedang ditimpa musibah lalu membaca ayat Alqur’an dan mentadabburinya. Orang itu tiba pada ayat yang berbunyi, “Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syura: 30).
Maka setiap kali ia ditimpa permasalahan hidup, baik yang menimpa dirinya ataupun keluarganya, maka terlebih dahulu ia akan memohon ampun kepada Allah sebelum mencari penyebab lain dari problema yang dihadapinya. Dan betapa seringnya, menurut Syaikh, orang itu sekadar beristighfar masalahnya telah teratasi.