View Full Version
Senin, 08 Aug 2016

Tanjungbalai, Mulai dari Protes Adzan hingga Patung Buddha yang Mentereng

JAKARTA (voa-islam.com)--Kondisi Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara berangsur-angsur normal kembali pasca terjadinya kerusuhan SARA pekan lalu. Hal ini dikatakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tanjungbalai, Syahron Sirait.

Meski sudah kembali norman, namun kata Syahron umat Islam menyayangkan sikap diskriminasi aparat terhadap pelaku pembakaran Vihara.

“Tapi belum seimbang, karena tahanan (umat Islam) itu masih ada di dalam,” ujar Syahron saat dihubungi Voa-Islam melalui sambungan telepon baru-baru ini.

Selain itu Syahron menjelaskan terjadinya pembakaran Vihara, bukan hanya dipicu oleh protes warga Tionghoa atas suara adzan. Namun, banyak persoalan di Tanjungbalai yang harus diselesaikan terkait kehidupan umat beragama.

Salah satunya, permintaan umat Islam terkait penurunan patung Buddha berukuran besar di Vihara Tri Ratna yang tak kunjung dilakukan semenjak 2010 silam. Padahal kesepakatan terkait hal tersebut sudah diatur oleh Muspida setempat.  

“Pemicu-pemicu yang lain kan belum ada yang terselesaikan. Itu patung itu semestinya diturunkan, sesuai dengan perjanjian. Tapi sampai sekarang tidak diturunkan,“ ungkap Syahron.

Menurut Syahron, jika patung Buddha Amitabha itu diturunkan memungkinkan bisa menurunkan tingkat amarah umat Islam Tanjung Balai yang selama ini mengalami penekanan.

“Kalau itu diturunkan, tensi amarah itu akan berkurang. Banyak masalah-masalah yang harus dibenahi di Tanjungbalai," jelas Syahron dengan logat khas melayunya.

Syahron sendiri berharap perjanjian yang telah disepakati untuk menurunkan patung tersebut untuk direalisasikan. Menurutnya patung yang mentereng di tengah kota Tanjungbalai sangat mengganggu, dan tidak mencerminkan kota Tanjungbalai yang terkenal sebagai kota ulama.

“Realisasikan itu surat perjanjian untuk menurunkan patung ke pelataran,” kata dia.* [Nizar/Syaf/voa-islam.com]

 


latestnews

View Full Version