JAKARTA (voa-islam.com)—Direktur Madani Center for Development and International Institute, Arya Sandhiyudha mengatakan bahwa proses Islamisasi di Turki sudah berlangsung jauh sebelum Recep Tayyip Erdogan berkuasa.
"Banyak orang menduga Islamisme terjadi di Turki sejak Erdogan atau AKP memimpin. Tapi, sebenarnya proses Islamisasi itu sudah lama,” kata Arya saat diskusi bertajuk "Dinamika Sekulerisme di Turki, di Auditorium FIB UI, Depok, Selasa (20/9/20616).
Proses penguatan Islamisasi,lanjut Arya, sudah terjadi pada era kekuasaan Adnan Menderes sekira tahun 1960. Saat itu, Adnan Menderes memberikan ruang berkembangnya Islamisasi. Di masa Adnan Menderes itu juga, ulama kharismatik Said Badiuzzaman Nursi berkiprah memberikan dukungan politik pada Adnan Menderes.
"Islamisme sudah berlangsung lama untuk menghadapi sekulerisme asertif," ujar pria yang meraih gelar doktor di Turki ini.
Menurut Arya, secara umum ada dua model sekulerisme di Turki. Pertama, sekulerisme asertif. Model ini bersifat ekstrim dalam meminggirkan peran agama. Kedua, adalah sekulerisme pasif, yang masih menoleransi hidupnya simbol-simbol agama di ruang publik.
"Kemalis bentuk sekulerisme asertif. Sekulerisme pasif memberikan ruang bagi Islamisme, dan itu berlangsung pada masa Adnan Menderes," ungkapnya.
Arya menegaskan bahwa Islamisasi berkembang di Turki saat rezim penguasa melakukan pendekatan sekulerisme pasif. Namun, ketika berganti penguasa baru, kemudian mereka merubah model sekulerismenya, Islamisasi pun ikut terhambat.
"Ketika pemerintahan Turki menerapkan sekularisme pasif, Islamisasi naik, ketika kembali ke sekulerisme pasif, Islamisasi pun turun," tutur staf ahli DPR itu.
Lebih dari itu, Islamisasi juga berkembang di Turki beriringan dengan neoliberalisme yang berlangsung di masa kekuasaan Presiden Turgut Ozal. Karena di saat neoliberalisme diterapkan, corak sekulerisme yang berlaku adalah sekulerisme pasif seperti di negara-negara Barat.
Ozal berhasil menggerakkan roda ekonomi Turki, memberi peluang ekonomi bagi kaum Islamis. Hingga berkembanglah borjuasi Islamis.
"Ketika Ozal, seorang aktivis yang pernah menjadi karyawan World Bank di Amerika kembali ke Turki, lalu ia menjadi penguasa di sana, ia menerapkan neoliberalisme. Maka Islamisasi pun berkembang di Turki," ujar dia.* [Bilal/Syaf/voa-islam.com]