View Full Version
Senin, 10 Oct 2016

Soal al-Maidah 51, Pakar Tafsir: Ucapan Ahok Ditinjau Semua Sisi Itu Penistaan

JAKARTA (voa-islam.com)--Heboh pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama soal umat Islam dibodohi pakai surat al-maidah: 51, berimbas juga pada pakar tafsir al-Qur'an, Dr. Amir Faishol Fath. Dirinya kerap kali dimintai komentar terkait masalah tersebut.

Mengomentari hal itu, Amir mengatakan bahwa sebaiknya Ahok segera mengintrospeksi diri bukan malah sibuk membela diri. Setelah itu, Ahok harus akui bahwa dirinya memang benar bersalah.

"Mengapa? Sebab memang dari pernyataanya tidak ada makna lain kecuali penistaan," katanya dalam rilis yanh diterima Voa-Islam, Senin (10/10/2016).

Kemudian, Amir menjelaskan makna di balik perkataan Ahok tersebut. Menurutnya, jika yang dimaksud Ahok adalah dibodohi orang-orang memakai al-Maidah: 51. Maka, orang-orang di sini termasuk para sahabat Nabi saw dan para ulama yang tidak ada seorangpun berbeda pendapat tentang makna ayat tersebut. 

"Maka dengan ini, telah menistakan para sahabat Nabi dan para ulama," jelasnya.

Lanjutnya, bila yang dimaksud dari pernyataannya adalah dibodohi memakai Al Maidah: 51 adalah ayatnya. Maka, jelas telah menistakan ayat al-Qur'an. Karena telah menganggap ayat al-Qur'an sebagai alat pembodohan. 

"Padahal bagi umat Islam ayat al-Quran pasti benar bukan sebagai alat pembodohan," beber Amir.

Jadi, sanbung Amir, demi menjaga jalannya Pilkada agar lebih baik dan adil, sebaiknya Ahok segera melaporkan diri ke Polisi atas tindakannya tersebut dan mengakui secara jujur. Lalu minta maaf kepada umat Islam dan sekaligus mengundurkan diri dari pencalonan sebagai cagub dalam Pilkada mendatang. 

"Jika ini dilakukan, saya yakin akan lebih terhormat dan menjaga kelancaran jalannya Pilkada DKI," ujarnya.

Lebih dari itu, Amir mengimbau kepada imat Islam yang sadar atau tidak sadar telah melanggar aturan ayat al-Maidah : 51. Sebaiknya, segera  kembali kepada ajaran Allah, sebab ancaman Allah sangat pedih. Sebagaimana dijelaskan dalam surah An Nisa' : 138-140.

Amir berpendapat bahwa ayat-ayat di atas, termasuk ayat al-Maidah : 51 adalah ayat-ayat muhkamat yang tidak menerima penafsiran lain. 

Sekalipun, sambung Amir, Quraish Shihab berusaha membawa makna auliya atau wali kepada makna umum (dekat) tetap maksudnya adalah pemimpin. Bahkan, kalaupun kata auliya diartikan dengan teman dekat tempat mengungkap rahasia. Maka, di sini mengandung mafhum muwafaqah yakni apalagi pemimpin yang langsung mengelola semua rahasia umat Islam. 

"Artinya, dijadikan teman dekat saja tidak boleh, apalagi dijadikan pemimpin. Adapun diqiyaskannya dengan pilot atau dokter itu termasuk al qiyas ma'al fariq (qiyas yang tidak ada hubungannya sama sekali) dan ini bathil," pungkasnya.* [Bilal/Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version