JAKARTA (voa-islam.com)--Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab menegaskan bahwa peristiwa kericuhan di depan Istana Negara saat Aksi Bela Islam Jilid 2 adalah pembantaian ummat Islam.
"Tapi atas pertolongan Allah, gagal dieksekusi," kata Habib Rizieq dalam Taklim Bela Islam di Markaz Syariah FPI, Petamburan 3, Tanah Abang, Jakarta, Ahad, 6 November 2016 lalu.
Sebab, menurut Habib Rizieq, gas air mata seringan apapun, tetap membahayakan. Kalau yang aksi sebanyak 1000-2000 orang, dinilainya tidak terlalu sulit untuk mendapatkan oksigen bersih yang bisa dihirup.
"Dalam kerumunan jutaan orang susah. Semua terpapar gas airmata. Disinilah kita bingung, apakah komandan yang perintahkan penembakan gas airmata berpikir sampai kesitu," lontar Habib Rizieq.
Habib Rizieq menegaskan kembali, bahwa 4 November itu adalah rencana pembantaian massal ummat Islam. Hal itu dibuktikan dengan adanya aksi penggilasan mobil, peluru karet yang ditemukan, gas air mata, dan lain-lain.
"Aparat harusnya memakai akal yang cerdas. Jutaan orang akan panik dengan protap seperti itu. Ini jelas pelanggaran HAM berat," ujarnya.
Habib Rizieq juga menyesalkan mengapa banyak ulama sepuh, perempuan, dan diikuti oleh berbagai kalangan yang tidak mengerti tata cara evakuasi saat demonstrasi menghadapi serangan aparat tidak diekspos. Tapi, Polisi luka bibir pecah justru diekspos.
"Kita yang banyak patah dan dijahit tidak seperti itu," ungkapnya.
Habib Rizieq juga mengaku heran, mengapa saat ulama masih di Istana sedang melakukan negosiasi tiba-tiba ada tembakan. Padahal, Komandan TNI dan Polri tertinggi sedang berada ada di Istana. Mereka ikut terkejut. Oleh karena itu, Habib Rizieq meyakini ada komando lain yang memberikan perintah penembakan.
"Kapolri Tito berdiri dan memakai pengeras suara; "Saya Kapolri. Saya perintahkan hentikan penembakan". Berkali-kali. Tidak digubris. Panglima TNI Jenderal Gatot maju, teriak di pengeras suara; "Saya Gatot. Hentikan penembakan". Gagal juga. Mereka tidak didengar. Karena ada komando lain," duganya. * [Bilal/Syaf/voa-islam.com]