JAKARTA (voa-islam.com)--Menyikapi dinamika kehidupan kebangsaan berkenaan dengan Pernyataan dan Sikap Keagamaan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tanggal 11 Oktober 2016 dan Gerakan Damai Bela Al Qur’an, organisasi Pemuda Al-Azhar meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk memperhatikan dan menindaklanjuti sikap keagamaan MUI secara sungguh-sungguh dan tanpa pretensi apapun.
"Bersikap adil dan tidak melindungi pihak-pihak yang ucapannya menyulut adanya disintegrasi bangsa," kata ketua Pemuda Al-Azhar, M Akbar Satrio dalam rilisnya yang diterima voa-islam.com dan dibacakam di Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (11/11/2016).
Akbar juga meminta kepada Kapolri untuk menegakkan hukum dengan adil. Menurutnya, sikap keagamaan MUI telah dikeluarkan beberapa kali sebagai bahan rujukan pengadilan pidana seperti Ahmad Musadek dan Lia Eden.
"Apabila kali ini sikap keagamaan MUI tidak ditindaklanjuti, maka kembali akan ada “anggapan” Polri bersikap tidak adil dan memilih-milih kasus," ungkapnya.
Akbar menambahkan, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo agar penegakkan hukum dilaksanakan secara transparan dan adil, maka kami meminta kepada Mabes Polri untuk mempertimbangkan seutuhnya rasa keadilan yang dituntut oleh banyak orang yang merasa tersinggung dan merasa terdapat kejanggalan acara di kepulauan seribu, yang semestinya merupakan acara Program Pengembangan Perikanan yang kemudian dialihkan kepada isu Surat Al Maidah ayat 51.
"Meminta kepada Kapolri untuk tidak melakukan kriminalisasi terhadap Sdr. Buni Yani sebagai dalih atas sikap keagamaan MUI," bebernya.
Akbar juga mengimbau kepada segenap warga bangsa untuk tidak menghiraukan ajakan-ajakan provokasi melalui media apapun yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. "Gerakan media sosial harus digunakan untuk saling asah, asih, asuh demi kejayaan Bangsa dan Agama," ucapnya.
Pemuda Al-Azhar juga mengapresiasi dan mendukung penuh atas kerja keras pemerintah dan Kapolri untuk mencapai kinerja yang lebih baik.
"Meminta kepada Bapak Presiden Joko Widodo dan para elit politik untuk tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang tendensius, menyulut ketegangan politik, dan mengharapkan keteladanan kenegarawanan Bapak sekalian yang bisa dijadikan keteladanan oleh kami sebagai generasi penerus," pungkasnya. *[Bilal/Syaf/voa-islam.com]