ANKARA , TURKI (voa-islam.com) - Turki sedang mengirimkan lagi ratusan tentara ke negara tetangga Suriah untuk memperkuat serangan utama pertama mereka di selatan Negara yang dilanda konflik tersebut.
Sebuah sumber militer, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan 300 tentara pasukan khusus dari Komando Brigade 11 berangkat ke pangkalan udara Cardsk di provinsi barat daya dari Denizli ke perbatasan Suriah pada hari Kamis (9/12/2016), kantor berita yang dikelola negara Anadolu Agency melaporkan.
Sumber itu, bagaimanapun, tidak memberikan informasi apakah mereka telah menyeberang ke Suriah, dan di bagian Suriah Utara mana mereka akan dikerahkan.
Pada tanggal 24 Agustus, angkatan udara Turki dan pasukan darat khusus Turki melancarkan Operasi Efrat Shield di dalam wilayah Suriah dalam upaya yang mereka nyatakan untuk mendukung Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan membersihkan daerah perbatasan negara itu dari pejuang Islamic State (IS) dan petempur dari Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dan Partai Uni Demokratik (PYD).
Serangan itu diluncurkan atas koordinasi dengan koalisi militer pimpinan AS, yang konon telah memerangi IS sejak 2014.
Serbuan itu merupakan intervensi besar pertama militer Turki di Suriah, yang mengundang kecaman keras dari rezim teroris Suriah karena melanggar kedaulatan negara itu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada 29 November bahwa tentara Turki berbaris ke Suriah untuk mengakhiri pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, yang ia katakan melakukan terorisme dan menyebabkan kematian ratusan ribu warganya.
Pernyataan menyebabkan kekhawatiran di Kremlin, dengan juru bicara kepresidenan Rusia Dmitry Peskov menuntut Erdogan untuk memperjelas tujuan anti-Assad di Suriah.
Bagaimanapun, pemimpin Turki itu kemudian menarik komentarnya dua hari kemudian, menegaskan bahwa serangan di sana ditujukan hanya pada teroris.
"Tujuan dari Perisai Operasi Efrat bukan pada negara atau orang, tetapi hanya organisasi teroris," kata Erdogan dalam pidato di istana presiden di Istanbul pada tanggal 1 Desember.
Dia menambahkan, "Tidak ada yang harus meragukan masalah yang telah kita ucapkan berulang-ulang ini, dan tidak ada yang harus mengomentarinya dengan cara lain atau mencoba untuk menggagalkan itu." (st/ptv)