BANDUNG (voa-islam.com) - Seribuan massa dari berbagai organisasi masyarakat (Ormas) Islam serta pondok pesantren menggelar “Aksi Bela Ulama & Islam” di depan halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (26/1/2017). Elemen ormas yang tergabung dalam Aliasnsi Pergerakan Islam (API) Jabar ini mendesak Polda Jabar menghentikan proses hukum terhadap Habib Rizieq Syihab karena tidak ada bukti yang kuat telah melecehkan Pancasila.
Koordinator aksi Asep Syaripudin menyatakan permintaan penghentian proses hukum terhadap imam besar FPI itu beralasan. Pasalnya, proses hukum terhadap Habib Rizieq Syihab kental akan muatan politik dan kepentingan pihak tertentu yang dipaksakan.
“Kami melihat apa yang dilakukan kepada (Rizieq Syihab) substansi hukumnya tidak ada, tapi lebih kepada muatan politik,” kata Asep dalam orasinya.
Menurut Asep, apa yang dilakukan Polda Jabar merupakan sebuah upaya sistematis mengkriminalisasi ulama. Pasalnya, proses hukum terhadap Rizieq Syihab terkesan dipaksakan dan hanya memenuhi keinginan sekelompok orang yang tidak suka kepada ulama khususnya dan umumnya kepada Ummat Islam.
Dengan adanya upaya kriminalisasi ini, kata Asep, pihaknya juga meminta Kapolri Jendral Tito Karnavian mencopot Irjen (Pol) Anton Charliyan dari jabatannya sebagai Kapolda Jabar. Pasalnya, Anton dianggap tidak bisa memimpin kepolisian di Jabar serta bisa menciptakan suasana yang kondusif .
Sementara itu Tantan Winata selaku Ketua Ormas Buah Batu Corps (BBC) Investigator menyampaikan bahwa pihaknya menolak upaya kriminalisasi terhadap ulama yang dipaksakan. Menurutnya pemerintah harus menghargai peran ulama baik di masa perjuangan merebut kemerdekaan maupun saat ini dalam masa pembangunan.
“BBC cinta Islam,cinta NKRI, cinta ulama dan cinta damai. Kami menolak segala upaya yang dapat merorong keutuhan NKRI dengan menuduh ummat Islam anti NKRI,”ujarnya.
Terkait dengan adanya insiden beberapa waktu lalu yang melibatkan oknum salah satu ormas atau LSM, Tantan berharap aparat kepolisian dapat bersikap netral. Ia meminta yang benar jangan jangan disalahkan dan yang salah dibenarkan.
“Hukum harus ditegakkan, segara tangkap dan adili oknum yang melakukan penyerangan dan perilaku premanisme. Kita siap kawal Jabar yang kondusif dan menolak ormas atau LSM yang anarkis,”tegasnya.
Terkait dugaan pelecehan Pancasila yang dituduhkan kepada Habib Rizieq, Tantan menilai bahwa Habib Rizieq tidak bersalah. Menurut Tantan, Imam Besar FPI tersebut hanya korban diskriminasi politik yang sarat dengan kepentingan oknum yang tidak suka Ummat Islam bersatu.
“Bebaskan (Habib Rizieq) dari segala tuduhan yang tidak berdasar dan pihak kepolisian tidak perlu memaksakan kehendaknya jika tidak ada alas an untuk menahan apalagi sampai memenjarakannya. Aparat kepolisian harus bersikap netral dan jangan larut dalam irama kepentingan politik,”pintanya.
Pihaknya juga mengaku akan siap bersama Umat Islam dalam membela ulama. Meski ormasnya bukan ormas keagamaan namun Tantan dan anggotan selaku muslim terpanggil untuk membela ulama dan Islam.
“Kami mengakui,kami tidak ahli dalam agama, pengetahuan dan amalan kami tentang Islam tidak seluas dan sebesar saudara-saudara sekalian. Namun jika ada yang mengganggu ulama apalagi sampai menistakan Islam maka kami siap membela dengan harta bahkan nyawa,”ujar Tantan yang disambut pekik takbir peserta aksi.
Diakhir orasinya ia mengajak semua komponen bangsa untuk selalu menjaga keutuhan NKRI serta tidak memojokkan ummat maupun ormas Islam. Semua pihak khususnya pemerintah maupun masyarakat harus mengingat peran ulama dan ummat Islam dalam merebut dan mempertahankan NKRI.
“Siapa saja yang menistakan ulama dan ummat Islam sejatinya mereka telah mengkhianati bangsa dan Negara Indonesia,”pungkasnya.
Dalam aksi kali ini, massa membawa berbagai atribut yang berisi berbagai aspirasi. Di antaranya ‘Copot Kapolda Jabar dan Bubarkan GMBI’, ‘Kami Siap Ganyang PKI’, serta ‘Hidup Mulia atau Mati Syahid Demi Bela Islam dan NKRI’ serta “FPI Dibubarkan Kami Siap Perang,’ juga “GMBI Tidak Mewakili Masyarakat Sunda, Orang Sunda Cinta Ulama dan NKRI” dan sebagainya. Menjelang adzan Dhuhur massa membubarkan diri dengan tertib dan menuju Masjid Pusdai untuk menunaikan shalat. [percikaniman/syahid/voa-islam.com]