View Full Version
Ahad, 26 Feb 2017

Muhammadiyah: Peradaban Publik Tergerus oleh Kesenjangan Budaya

 

AMBON (voa-islam.com)--Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengaku prihatin dengan terjadinya kesenjangan budaya di masyarakat.  Menurut dia, perubahan  kesenjangan budaya di masyarakat saat ini, khususnya dikalangan generasi muda, terjadi karena perkembangan orientasi materi jauh melampaui kecepatan rohani, moral, dan sosial.

Kemudian, lanjut Haedar, akibat kesenjangan budaya yang terjadi juga mengalami hilangnya peradaban publik.

“Gerus media sosial yang begitu deras dan bebas dalam berujar, bersikap dan bertindak, turut mempengaruhi dan membawa perubahan pada peradaban publik,” terang Haedar, Kamis (23/2) dalam acara Seminar Pra Tanwir “Akselerasi Mutu Pendidikan di Indonesia Bagian Timur” yang digelar di Islamic Center Ambon.

Haedar menegaskan bahwa bila materi yang rusak pada generasi bangsa, maka masih dapat diubah dan diperbaiki, namun jika yang rusak rohaninya maka akan sulit untuk diperbaiki.

“Akibat dari kesenjangan budaya tersebut maka akan berimbas pada masalah ekonomi, politik, dan juga sosial ditubuh bangsa ini,” jelas Haedar.

Gonjang-ganjing masalah di Republik ini, salah satu sumbernya yaitu karena hilangnya peradaban publik. “Akibat tergerusnya nilai-nilai materi dan rohani manusia hari ini dan masa depan sudah seperti sosok-sosok robot, nalar instrumentalnya luar biasa, tapi hatinya mati,” ungkap Haedar.

Selain itu, lanjut Haedar, yang perlu menjadi perhatian pemerintah dan juga masyarakat saat ini yaitu hilangnya perspektif kebangsaan ditubuh bangsa.

“Perspektif kebudayaan dan agama saat ini semakin kering. Perspektif agama menjadi kering karena telah bernuansa kekuasaan, sehingga agama saat ini lebih menjadi kontestasi dan kehilangan rohnya,” pungkas Haedar.

Sehingga, untuk mengatasi beragam masalah tersebut, pendidikan harus menjadi corong utama. “Dunia pendidikan harus dapat mentransformasikan nilai-nilai agama dan juga kebudayaan yang semakin tergerus ini. Pendidikan Indonesia Timur harus mampu terlibat secara aktif dalam memperbaiki peradaban bangsa ini,” tutup Haedar. * [Bilal/Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version