View Full Version
Jum'at, 19 May 2017

Pengamat: Umat Islam Sengaja Dimiskinkan

 

JAKARTA (voa-islam.com)--Dosen tetap Fakultas Ekonomi Univ.Trisakti, H.Chaerul Hadi M.Anik mengatakan bahwa umat Islam di Indonesia tergolong miskin bukan karena tidak bekerja, tapi dimiskinkan oleh jebakan tekanan ekonomi.

"Tekanan ekonomi pertama, saat membeli barang kebutuhan, selalu membayar dengan harga mahal, karena ditindas pengusaha," kata Hadi dalam Halaqah Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, bertema  'Strategi Dakwah Menghadapi Paradoks pada Bulan Ramadhan' di gedung MUI, Jakarta, Jumat (19/5/2017).

Menurut teori ekonomi, lanjut Hadi, harga barang menjadi mahal kalau permintaan banyak, akan tetapi persediaan barang sedikit. Namun, 
di Indonesia, harga-harga jadi mahal, sementara, permintaan banyak persediaan barang juga banyak. "Anehnya, ini tidak pernah dipersoalkan oleh para ahli ekonomi," cetusnya.

Kemudian, kata Hadi, tekanan ekonomi kedua adalah buruh selalu dibayar dengan gaji murah. Padahal, kalau umat Islam miskin terus, kebangkitan Islam akan terhambat.

Menurut Hadi, penyebab munculnya tekanan ekonomi di Indonesia adalah belum diterapkannua pasal 33 ayat 1,2 UUD 1945 secara murni dan konsisten.

Pasal tersebut pada ayat 1-nya menekankan perekonomian disusun berdasarkan azas kekeluargaan. Kemakmuran mengutamakan kebersamaan bukan individu, prakteknya dalam Koperasi berbentuk sektor riil padat karya.

Bila pasal tersebut diterapkan dengan benar, katanya lagi, dapat menjadi solusi mengeluarkan umat Islam dari tekanan ekonomi.

Hadi menegaskan bahwa tanggung jawab ekonomi berada di pundak pemimpin Islam. Kondisi ekonomi umat Islam berbanding lurus dengan eksistensi keagamaan.

"Karena, kalau umat Islam ekonominya lemah, bagaimana mereka membayar infak dan shadaqah?" tanyanya retoris.

Hadi berpendapat kondisi umat Islam layaknya orang yang menderita penyakit, diantaranya seperti orang yang menderita penyakit leukemia.

"Seperti leukemia, ekonomi kuat memakan ekonomi lemah," ujarnya.

Lalu, layaknya juga menderita penyakit lepra. penderita hanya diam saja bila anggota tubuhnya lepas. Di Indonesia masyarakat sudah kesulitan, tapi negara diam saja.

Sementara itu, menyikapi kenaikan harga di bulan Suci Ramadhan. Hadi menilai penyebabnya adalah stock barang yang dikuasai oleh para pedagang baik pedagang besar, grosir, atau pengecer.

Untuk mengatasi hal tersebut, Hadi mendorong adanya crash-programe. Berwujud sebuah badan yang menjembatani umat islam dengan produsen. Badan yersebut juga tidak mencari untung, sehingga harga barang pasti murah.

"Crash Programe hanya bisa dilakukan oleh organisasi besar karena tidak akan mencari untung,"jelasnya.

Crash-program tersebut bisa digelar di masjid-masjid. Badan pengelola menggelar pasar murah untuk umat Islam di masjid tersebut. " "Kita bikin pasar murah di masjid-masjid, pungkasnya. * [Bilal/Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version