BANDA ACEH (voa-islam.com)--Baitul Mal Aceh kembali menggelar Kajian Ramadhan pada Rabu, 31 Mei 2017. Dalam kesempatan itu, Dr Abizal didaulat memberikan materi keislaman.
Dr Abizal menjelaskan tentang besarnya keutamaan bulan Ramadan dan hikmah di dalamnya. Ia mengungkapkan bahwa umat Islam harus bersyukur dapat bertemu dengan bulan Ramadan. Sebab, tidak ada nikmat Allah yang patut disyukuri selain bertemu dengan bulan Ramadan.
"Yang mendapatkan Ramadan merupakan orang-orang pilihan. Ada pada ramadhan, dulu kita masih bisa bersama kawan beriring bahu, tapi kini dia telah pergi," katanya dalam keterangan yang diperoleh Voa Islam, Rabu (31/5/2017).
Lebih dari itu, katanya, para sahabat Nabi Saw menangis ketika di penghujung Ramadan, karena akan berpisah dengannya. Maka, imbuh Dr Abizal, pumat Islam patut bersyukur masih dipertemukan dengan bulan ramadan.
Dr Abizal juga mengungkapkan empat hikmah besar bulan Ramadan. Pertama, Ramadan adalah bulan penyeleksian. Berpuasa adalah ujian besar, karena puasa adalah kesulitan.
"Kita meninggalkan makanan enak. Allah seleksi kita, mampukah kita berpuasa dari terbit fajar hingga tergelincir matahari," jelasnya.
Lanjutnya, Allah Swt mengatakan dalam al Qur'an cukuplah manusia beriman kepada Allah dengan Allah mengujinya. Para sahabat yang lulus seleksi, mereka sudah dijamin oleh Allah.
"Ketika berperang ada kesulitan air, sampai wafat mereka pertahankan lapar. Allah rida kepada mereka. Karena mampu mengorbakan jiwanya kepada Allah," ujarnya.
Di negara-negara tertentu, umat Islam harus menghadapi puasa selama 22 jam. Ada juga yang menghadapi kondisi sangat panas seperti di Sudan dan negara Timur Tengah."Ini sebuah ujian keimanan, beda dengan kita," cetusnya.
Ramadan merupakan bulan Qiyamul lail, di sini manusia diuji apakah mampu bertahan dengan shalat malam. Nabi membaca ayat hingga 200 lebih, sementara sahabat Nabi di bawah itu.
"Beda dengan kita, mencari ayat yang pendek. Sebenarnya shalat tarawih ini,kita mencari yang panjang bacaannya. Orang-orang yang mampu inilah yang lulus seleksi," terang Abizal.
Kedua, Ramadan adalah bulan perlombaan. Rasul Saw adalah manusia yang paling dermawan, ketika puasa kedermawanan semakin tinggi. Pada masa Rasul Saw pernah terjadi perang, Rasul ceramah untuk penggalangan dana. Usman bin Affan tunjuk tangan akan menyumbang 100 ekor unta. Hingga ketiga kali Usman memberikan 300 ekor unta lengkap dengan peralatan perang.
"Itulah mereka berlomba dalam berinfak. Belum dinamakan baik ketika belum disumbangkan apa yang paling dicintainya. Mungkin selama ini yang selama ini menghambat rezeki kita karena ketika berinfaq masih berfikir," ungkap Abizal.
Ketiga, Ramadan adalah bulan perjuangan. Pada bulan ini, Allah memerintahkan untuk berjihad saat itu di masa Rasul. Padahal, ummat islam ketika itu masih minim. Namun, para sahabat tetap menjalankannya.
"Jadi, jangan kita anggap bulan ramadan adalah bermalas-malasan atau tidur," cetusnya.
Keempat, Ramadan adalah bulan membentuk kepribadian diri. Allah meminta kita menahan hawa nafsu. Allah menyuruh melatih mulut agar jangan sampai masuk harta haram.
Menurut Abizal, akan datang suatu masa dimana manusia tidak menghiraukan lagi dari mana sumber rizki, halal atau haram.
"Nabi adam, sekali saja makan haram, Allah usir dia dari surga," katanya.
Mulut ketika mengucap-ucapkan kata kotor, maka ramadhan dijadikan bulan tidak berumpat. Kalau ada yang mengajak berumpat, maka bilanglah "saya sedang puasa".
"Maka orang yang puasa adalah orang yang menjaga mulutnya,"imbuhnya.
Kemudian, di bulan ramadan juga ditekankan untuk menjaga kemaluan. Meskipun istri itu halal, tapi Allah meminta untuk menahannya. Himahnya, melatih diri agar kalau yang halal saja bisa ditinggalkan apalagi yang haram.
"Maka, jadikan Ramadan sebagai bulan taubat. Apalagi setan diikat. Namun ada juga yang buat keburukan, jadi pertanyaannya setan mana yang bermain? Musuh diikat malah kita tak mampu meningkatkan amal shalih kita. Inilah syahwat dan hawa nafsu kita," pungkas Dr Abizal. * [Bilal/Syaf/voa-islam.com]