JAKARTA (voa-islam.com)--Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab mengungkapkan bahwa pihaknya siap melakukan rekonsiliasi dengan pemerintah.
Hal ini disampaikan Habib Rizieq melalui rekaman suara pada acara Silaturahim dan Konsolidasi Nasional yang digelar GNPF MUI di sebuah hotel di kawasan Matraman, Jakarta Timur, Jumat sore, 16 Juni 2017.
Dalam pidato yang disampaikan dari Tanah Suci Makkah Al Mukarommah, Habib Rizieq secara khusus menyampaikan apresiasi kepada pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra yang juga bertindak sebagai narasumber dalam acara tersebut.
"Saya juga sampaikan apresiasi pada beliau yang telah memberikan usulan-usulan dan saran-saran yang luar biasa di antaranya usulan rekonsiliasi ulama dan umaro. Ini satu usulan yang brilian," ungkap Habib Rizieq.
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) ini mengaku, jauh sebelum digelarnya Aksi Bela Islam 1, 2, 3 dan seterusnya, pihaknya telah mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk duduk berdialog dan musyawarah terhadap berbagai persoalan bangsa. Sayangnya, perohonan itu selalu ditolak dan diabaikan tanpa diketahui penyebabnya.
Meski demikian, kata Habib Rizieq, para habaib dan ulama di GNPF-MUI tidak pernah bosan terus menerus menyerukan dialog dan musyawarah untuk mewujudkan rekonsiliasi.
"Karena itu kepada bapak Yusril Ihza Mahendra maupun kawan-kawan yang lainnya perlu membuat satu format yang tepat bagaimana rekonsiliasi yang bisa mengantarkan kepada perdamaian dan menyetop kegaduhan," ungkap Habib.
Habib Rizieq menegaskan, dirinya selaku Ketua Dewan Pembina GNPF-MUI tetap ingin mengedepankan dialog dan musyawarah, dan lebih mengutamakan rekonsiliasi.
Tetapi, kata Habib, jika rekonsiliasi itu gagal, rekonsiliasi itu tetap ditolak pihak seberang sana, sementara para ulama terus dikriminalisasi, para aktivis terus menerus diberangus kebebasannya, diberangus hak asasi manusianya dan rakyat jelata terus menerus dipersulit, dan Islam terus menerus dimarjinalkan, maka tidak ada kata lain yang harus dilakukan kecuali lawan.
"Jadi sekarang pilihannya ada di hadapan pemerintah, rekonsiliasi atau revolusi," tegasnya. * [SI/Syaf/voa-islam.com]