View Full Version
Kamis, 22 Jun 2017

Presidium Alumni 212: Rekonsiliasi Tidak Bermakna Menyerah

JAKARTA (voa-islam.com), Sehubungan dengan adanya sejumlah tanggapan keberatan beberapa aktifis terkait wacana rekonsiliasi antara ulama dan umaro yang belakangan melalui telepon Habib Rizieq Shihab meminta Prof Yusril Ihza Mahendra membuat formatnya.

Presidium Alumni 212 memandang pengembangan wacana rekonsiliasi harus dihormati dan difahami sebagai bagian dari isyarat komando ulama.

"Dalam pandangan kami, rekonsiliasi yang dimaksud tidak pada tempatnya jika kemudian diartikan dan dipahami serampangan sebagai bentuk "menyerah pada kekuasaan" dan "meminta perdamaian", melainkan harus dipandang secara utuh bahwa rekonsiliasi adalah bagian dari "ancaman lunak" ummat Islam," kata Ketua Presidium Alumni 212, Ustadz Ansufri Idrus Sambo dalam keterangannya, Jakarta, Kamis (22/6/2017).

Lanjut Ustadz Sambo, ancaman lunak tersebut bertujuan agar Presiden Jokowi segera menghentikan adanya cara-cara kotor memfitnah, menghujat, merekayasa kasus politik dan hukum terhadap para ulama serta aktifis lainnya yang dikenal sebagai kasus-kasus kriminalisasi dan diskriminasi hukum.

"Ancaman lunak yang dimaksud adalah, memaksa jajaran pemerintahan Jokowi agar mau duduk dalam dialog rekonsiliasi bersama para ulama, aktifis serta tokoh lainnya," cetus Ustadz Sambo.

Karena itu pula, imbuh dia, rekonsiliasi yang dimaksud sudah barang tentu bukan meminta damai dan mengamini apapun kebijakan dan langkah-langkah politik, hukum, ekonomi, dan kepentingan hajat hidup orang banyak, padahal bertentangan dengan konstitusi negara.

"Tidak, berdasarkan komando perlawanan jihad konstitusional yang dikumandangkan para ulama, rekonsiliasi yang kami fahami adalah media dialog agar 'kekuasaan" tunduk pada kepatutan konstitusi negara, bukan tunduk pada segelintir orang dan atau tunduk pada kepentingan politik dan ekonomi sekelompok orang," jelasnya.

Bahkan, sambung Ustadz Sambo, menurut hematnya tidak boleh ada seorangpun yang mengklaim telah mendapatkan mandat dari ummat dan para ulama untuk memimpin dan menyelenggarakan rekonsiliasi.

Apalagi, katanya lagi, membuat kesepakatan-kesepakatan dengan pemegang kekuasaan. Apa yang sudah diperbuat berupa konstribusi pemikiran dan konsep rekonsiliasi, harus dikembalikan kepada para ulama yang memegang komando perlawanan ini.

"Kepada seluruh jajaran aktifis pro perubahan, dimohon untuk bisa menahan diri agar kekuatan rakyat dibawah komando ulama tidak terpecah belah," tegasnya.

Menyambut penghujung bulan suci Ramadhan, Ustadz Sambo mengajak hari raya dengan penuh kemenahan.

"Marilah kita songsong kemenangan Idul Fitri 1438H Taqabbalallahu Mina Wa Minkum, Semoga Allah menerima amal dari Kami dan amal dari anda Semua," pungkasnya. (Bilal)


latestnews

View Full Version