GOWA, SULSEL (voa-islam.com) - Seperti tahun-tahun sebelumnya, jamaaah An Nadzir, yang identik dengan rambut bercat pirang, sudah mengakhiri satu hari lebih dulu bulan Ramadhan daripada mayoritas umat Islam yang ada di Indonesia.
Mereka setiap tahun menetapkan tanggal 1 Syawal berdasarkan perhitungan bulan dan tanda-tanda alam seperti pasang surut air laut, tidak mengikuti penetapan awal Syawal pemerintah.
"Sesuai dengan tanda-tanda alam, maka kami menyakini 1 Syawal jatuh pada hari ini, dan tentu kami berlebaran serta melaksanakan shalat Id di lapangan," kata pemimpin jamaah An Nadzir, Ustaz Lukman, seperti dilansir Antara.
Sejak subuh, anggota jamaah itu berbondong-bondong menuju lapangan, para lelaki menggunakan jubah pakaian berwarna hitam dengan sorban di kepala.
Para perempuannya mengenakan pakaian terusan berwarna hitam dengan cadar menutupi wajah, beberapa sambil membawa anaknya yang juga berpakaian serba hitam.
Di lapangan tempat mereka setiap tahun shalat Id, ada beberapa pohon kurma, yang tumbuh normal tapi tidak berbuah.
Lantunan asma Allah dan suara takbir dilantunkan melalui pelantang suara oleh jamaah yang lebih dahulu datang.
Ustaz Lukman menyampaikan khotbah shalat Id. Usai shalat, jamaah saling berjabat tangan hingga berpelukan satu sama lain, lalu pulang ke perkampungan masing-masing.
Beberapa di antara mereka pulang menggunakan rakit melewati danau untuk menuju ke rumah yang berada tidak jauh dari lapangan itu.[fq]