View Full Version
Rabu, 19 Jul 2017

COVER STORY Juli: Momen Suci yang Ternoda Islamofobia

MAGRIB menyapa malam. Umat Islam Indonesia tengah bersiap-siap melakukan takbir, tahlil dan tahmid pada malam 1 Syawal 1438 Hijriyah. Di sebagaian daerah malah sudah mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid.

Di saat umat Islam tengah gembira menyambut datangnya momen suci Idul Fitri, jagad maya ricuh dengan beredarnya film berdurasi 7 menitan yang diunggah Fanpage Facebook Divisi Humas Polri. Film tersebut berjudul Kau adalah Aku yang Lain (KAAL). Film ini adalah juara pada ajang Police Movie Festival 2017 yang digelar Kepolisian Republik Indonesia.

“Sambil menunggu berbuka puasa diakhir ramadhan ini, yuuuk kita nonto Film “Kau adalah Aku yang lain”. Bagi Mitra Humas yang sudah di kampung halaman sepertinya tidak sempat mampir ke Page Divisi Humas Polri lagi nih...Salam hormat kami ya...untuk keluarga besar di rumah...,” demikian kalimat pengantar yang ditulis Divisi Humas Polri, Sabtu (24/6/2017) pukul 18.25 WIB.

Digambarkan pada film besutan sutradara Anto Galon itu ada oknum umat Islam yang tidak mau membuka jalan yang ditutup karena pengajian, ketika ada ambulans hendak lewat mengangkut pasien kritis yang kebetulan Kristiani.

Anggota polisi yang beradegan mengamankan acara itu terlibat perdebatan dengan seorang warga yang bersikeras menolak memberi jalan ambulans.

“Tolonglah, Pak, ini demi kemanusiaan, ” ujar sang polisi.

“Kemanusiaan itu kan kalau agamanya, sama. Lha, ini kan beda.”

“Tidak boleh mengganggu pengajian. Dosa kamu! Kafir kamu! " ujar bapak tua berjenggot dalam film itu.

 

Gelombang Protes

Awalnya tidak banyak warganet dan masyarakat yang ngeh dengan film tersebut. Maklum sebagian besar masyarakat muslim tengah sibuk menyambut Idul Fitri. Film tersebut baru mendapat arus gelombang protes yang kuat dua-tiga hari setelah film itu diunggah Fanpage Divisi Humas Polri.

"Film nya seakan" polri sebagai pahlawan...dan islam yg disudutkan sdh jelas sngt mnyudutkan umat islam," tulis pemilik akun Facebook Muhammad Awaluddin.

Akun Avid Ishak menulis, "wah kok provokasi banget ya, ini polisi atau apa siy?coba dilihat mana ada kasus kayak gitu...di Aksi Bela Islam, yg Kristen mau married aja dikasi jalan, apalagi pasien di ambulance, yg kmren penghina ucapan Takbir yg nyemplung ke Kali Sunter, Kiki Wilisata, aja yg angkat mayatnya blg "bismillahirrahmaanirrahiim", jgn jadi provokator bikin video begini lah...coba nanti kalo ormas Islam bikin video Kristen bakar mesjid di Papua, Kristen bantai Muslim di Ambon, Poso dll, anda mau bilang apa nanti ke Ormas Islam?Provokator?ckckcckckck. "

Sementara akun Bambang Hermansyah menulis," Knp tdk di muat sj video 212. Di situ jlas sekali jutaan umat muslim yang sangat toleran antar sesama manusia bahkan mahluk hidup yg lain seperti tumbuhan. Janganlah benturkan kami lagi umat muslim pak polisi. Kami super toleran.minal aidzin walfaidzin Divisi Humas Mabes Polri."

Protes keras terhadap film KAAL ini tak hanya dilakukan warganet. Banyak tokoh yang juga memprotes film tersebut.  Dewan Pakar ICMI Anton Tabah Digdoyo menilai film berjudul Aku Adalah Kau Yang Lain merupakan bentuk fitnah terhadap Islam. Anton menilai Polri seharusnya tidak menayangkan film tersebut karena bertentangan dengan fakta. "Film itu fitnah terhadap Islam. Bukan berdalih kebebasan berekspresi," kata Anton seperti dikutip dari Republika.co.id, Kamis, (29/6/2017).

Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid sangat menyayangkan film tersebut bisa memenangkan Festival Film Polisi 2017. Film yang kemudian ditayangkan sehari sebelum Idul Fitri melalui media sosial Divisi Humas Polri ini kemudian menjadi polemik baru. "Alih-alih ingin menghadirkan kebhinnekaan, justru film ini kembali bisa memecah persatuan bangsa," kata Hidayat ketika dihubungi wartawan, Kamis (29/6/2017).

Pengamat hukum pidana dari Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar berpendapat, film Kau adalah Aku yang Lain bukanlah karya seni sejati, melainkan telah ditumpangi provokasi. Itu tak lain karena film tersebut telah menimbulkan resistansi dan keberatan dari sebagian komunitas.

"Sebuah karya seni, termasuk film Kau adalah Aku yang Lain yang menimbulkan resistensi, dan menimbulkan kesan keberatan dari sebuah komunitas, maka dapatlah dikatakan itu bukan karya seni sejati. Melainkan seni yang telah ditumpangi provokasi," kata Fickar seperti dikutip dari Republika.co.id, Kamis (29/6/2017).

Sementara itu, Rahmat Abu Zaki, Direktur Lingkar Opini Rakyat (LOR) mengungkapkan  bahwa film KAAL ini sarat dengan semangat Islamofobia. Menurut Rahmat pembuat film ini telah melakukan black campaign (kampanye hitam) kepada umat Islam. * [Syaf]

 


latestnews

View Full Version