JAKARTA (voa-islam.com)- Salah satu tokoh MUI Pusat menyebut bahwa manusia-manusia saat ini banyak yang sedang sakit dalam melihat kasus Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), yang sepertinya dianggap keberagaman dan nampak dipelihara. Tetapi sebaliknya, hal-hal yang berbau islami seperti bercadar justru dianggap radikal dan tidak dinilai sebagai keberagaman.
“LGBT dianggap keberagaman, bukan penyakit. Giliran pakai cadar di UIN dihitung radikal, bukan keberagaman. Memang manusia-manusia sedang sakit. Ubah!” tulisnya, di akun Twitter pribadi miliknya, Selasa (1/08/2017).
Menurutnya, LGBT itu adalah penyakit yang semestinya diobati, bukan justru membiarkan mereka yang terjangkit itu dengan hal-hal yang “mengembirakan” seperti pemberian penghargaan. “LGBT itu penyakit jiwa, mesti diobati. Membiarkan mereka terus sakit adalah perilaku ‘sakit jiwa’ juga. Beri mereka obat, bukan award!”
Seharusnya, misalkan, salah satu kasus yang baru-baru ini di mana seorang dosen diberhentikan hanya karena bercadar tidak perlu terjadi apabila pengurus kampus seperti UIN Syarif Hidayatullah menegetahui adanya tafsir dari Kementerian agama RI. “Bercadar sesuai dengan Al-Qur’an di surat Al-Ahzab ayat 59 dan hadits Bukhari. Ada di tafsir Kementerian Agama RI. Selidiki orang ini, PKI, kah? Anti Pancasila!”
Sebelumnya ada dosen yang bercadar dikeluarkan dari kampus tersebut karena lebih memilih mempertahankan cadarnya. Keputusan rector tersebut kabarnya karena dosen bercadar itu dituduh m terindikasi berpaham radikal. “(Robi/voa-islam.com)