JAKARTA (voa-islam.com)--Polemik soal kebijakan full day school (FDS) terus berlanjut. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj mengatakan bahwa FDS sejatinya tak dapat membangun karakter anak didik.
"Full day school justru kebalikannya. Tidak membentuk karakter karena anak tidak bisa mengaji. Waktunya hanya untuk sekolah," kata Said Aqil di Kantor PBNU, Jakarta seperti dikutip dari Vivanews.
FDS justr, jelas Said, dapat mengembangkan paham radikal di kalangan generasi muda. Said menganggap konsep pendidikan ala pesantren harus dipertahankan.
Selama ini, pesantren juga diajarkan sejumlah ilmu pengetahuan umum seperti yang diajarkan di sekolah. Dalam pesantren diajarkan soal akhlak, menghormati orangtua, menghormati kiai, toleransi, solidaritas, serta gotong-royong.
Said Aqil khawatir, terkikisnya nilai-nilai yang diajarkan pesantren akibat penerapan FDS ini akan berdampak besar. Alasannya karena tanpa pola pendidikan pesantren tersebut maka propaganda ideologi radikal tidak akan ada yang membendung.
"Karena full day school pulang sore, anak-anak tidak kenal akhlak. Maka saya jamin akan muncul generasi radikal," kata Said.
Tak hanya itu, Said Aqil bahkan menjabarkan keunggulan lainnya dari pola pendidikan ala pesantren tersebut, yang juga mengajarkan bagaimana mengolah pemikiran, persoalan, dan berpikir objektif sehingga para lulusannya tidak menjadi orang yang mudah dihasut.
"Santri juga dididik menganalisis persoalan, berpikir logis, objektif, tidak sembarangan, sehingga tidak gampang mengikuti emosi," lanjutnya.
Adanya penerapan FDS ini, maka peran pesantren akan tergerus. "Betapa pesantren telah berhasil membangun karakter bangsa. NU tidak bertanggung jawab kalau muncul anak-anak radikal," ujar Said. * [Syaf/voa-islam.com]