View Full Version
Senin, 14 Aug 2017

Ratusan Jamaah Antusias ikuti Doa untuk Bangsa dan Shubuh Berjamaah

JAKARTA (voa-islam.com), Ratusan jamaah antusias ikuti 'Doa untuk Bangsa'dan Shubuh berjamaah di Masjid Al Falah Pejompongan, Jakarta Pusat, Ahad Pagi (13/8/2017). Jamaah menghadiri kegiatan yang diinisiasi oleh  Parade Munajat berkolaborasi dan Gerakan Indonesia Shalat Subuh (GISS) itu dengan terlebih dahulu ikut mabit atau bermalam di Al Falah sejak  Sabtu Malam (12/8).

Kegiatan Mabit diisi oleh tausiah Ketua Bidang Dakwah dan Kader FUI, Ustadz Abu Saad. Pada kesempatan itu, Abu Saad menerangkan urgensi memahami aqidah Islam dan ideologi Islam.

"Aqidah dan ideologi berkaitan pertanyaan besar darimana kita berasal, untuk apa, dan mau kemana? Karena itu Islam mengatur kehidupan dunia dan akhirat. Berbeda dengan kapitalisme yang hanya mengatur urusan dunia," katanya.

Kemudian, peserta mabit melanjutkan aktuvitas dengan shalat tahajud berjamaah. Lalu seusai shalat subuh berjamaah, Ketua Parade Munajat, Edy Mulyadi memberi pengantar jelang doa bersama.

Edy menegaskan bahwa Parade Munajat diinisiasi oleh sejumlah alumni kegiatan besar umat Islam, yakni Parade Tauhid dan aksi 212. "Sebelumnya, Parade Munajat menggunakan 212, tapi 212-nya kami hilangkan, khawatir dalam perjalanan kami tidak bersih, Naudzubillah semoga tidak. Jadi kami hilangkan agar tidak mencoreng nama 212," tuturnya.

Edy melanjutkan Parade Munajat berangkat dari pemikiran bahwa umat Islam adalah umat yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan, ketangguhan itu tidak lepas dari bersandarnya umat kepada Allah Swt. "Kita yakin semuanya berdoa untuk memenangkan Islam, maka dari itu kita sekalian doa kita jadikan gerakan bersama untuk terus memohon bantuan kepada Allah,"  cetusnya.

Ia juga sempat menjelaskan keadaan bangsa yang sangat memprihatinkan. Jeratan hutang yang semakin kuat yang tidak benar-benar diketahui rakyat secara umum. "Keadaan bangsa kita sangat kasihan, untungnya, kita semua tidak benar-benar tahu. Kalau tahu sangat miris. Makanya, kita perlu berjuang dan berdoa untuk bangsa ini," ucap Ketua Korps Mubaligh Jakarta (KMJ) itu.

Selanjutnya, doa bersama didahului dengan pembacaan asmaul husna, al matsurat secara bersama, dan doa untuk bangsa. Diteruskan dengan ceramah agama oleh ustadz Ahmad An-Nuri dari DDII. Dalam tausiyahnya, An-Nuri mengungkapkan besarnya pahala jariyah berinfaq dan sedekah ilmu meski bentuknya kecil. Ia meminta jamaah untuk perhatian dengan penyebaran ilmu, karena kemajuan dan berkah suatu bangsa sangat dipengaruhi dengan kedekatannya bersama Al Quran.

"Dulu pak Natsir pernah katakan sambil mengangkat kertas kecil, jika kertas kecil ini ditulis doa berwudhu dengan benar, setiap yang membaca dan mengamalkannya, pahalnya akan mengalir kepada penulis," ujarnya.

An-Nuri mengingatkan kepada jamaah bahwa masih banyak umat Islam di pedalaman dan perbatasan negara yang jauh dari modernisme, sangat kesulitan belajar Islam karena ketiadaan al Quran dan alat mengaji. "Ada daerah yang belajar al Qurannya hanya punya satu mushaf, dipakai secara bergantian, maka saya mengajak jamaah bila punya kelebihan membantu dakwah di pedalaman dengan menyumbang Al Quran dan lain sebagainya,"katanya.

Di sesi terakhir, kegiatan doa bersama ditutup dengan tausiyah dari Sekjen FUI sekaligus Ketua GISS, ustadz M. Al Khathtath. Ia mengingatkan bahwa shalat shubuh menjadi tolok ukur kebangkitan umat Islam di Indonesia dan dunia. Untuk itu, ia berharap jamaah dapat membantu mengajak umat shalat shubuh berjamaah di masjid-masjid.

"Program shalat Shubuh berjamaah, ini sebenarnya diinisiasi oleh Ki Gendeng Pamungkas yang sekarang sudah taubat. Ia berpesan kepada saya kalau nanti keluar penjara," katanya menambahkan. (Bilal)


latestnews

View Full Version