TANGERANG (voa-islam.com)--Sekretaris Jenderal (Sekjen) Rabithah Al Alam Al Islami (Liga Islam Dunia), Dr. Muhammad bin Abdulkarim Al ‘lsa meresmikan *Markaz I’dad Muallimi Al-Qur’an Al-karim Wal Ijazah bi Sanad atau Pusat Pengkaderan Pengajar Al-Qur’an Al-Karim dan Ijazah Sanad di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, Ketapang, Tangerang, Jumat (18/8/2017).
Bertempat di lantai dasar Masjid Nabawi, areal ponpes tahfizh Daarul Qur'an, Pusat pengkaderan pengajar Al-Qur’an ini nantinya akan menjadi tempat mendidik para pengajar Al-Qur’an dan memiliki sanad hingga Rasulullah saw.
Dalam sambutannya Syaikh Abdul Karim menyatakan kebahagiaan dan kebanggaannya dengan muslim Indonesia yang banyak menjadi penghafal Al-Qur’an. Baginya dengan bahasa ibu yang berbeda dengan bahasa Al-Qur’an diturunkan pastinya butuh usaha yang besar untuk menjadi penghafal Al-Qur’an.
“Saya bangga dengan perkembangan pendidikan tahfizh di Indonesia yang demikian pesat. Ini harus kita apresiasi dan jaga serta tingkatkan terus,” ujarnya.
Ia pun menyatakan bukan berarti setelah menghafal Al-Qur’an maka itu berhenti. Selanjutnya adalah perlu untuk memahami isi kandungan Al-Qur’an dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari hingga Al-Qur’an menjadi cerminan diri kita. Seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, sebagaimana disampaikan oleh Aisyah istrinya, bahwa “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.”
“Maka itu menjadi sebuah kewajiban bagi para penghafal Al-Qur’an dan muslim lainnya untuk bisa berbahasa Arab. Karena untuk mengerti Al-Qur’an kita juga harus paham dengan bahasa dasarnya yakni bahasa Arab,” tambahnya.
Syaikh Abdul Karim juga terkesan dengan bacaan Al-Qur’an muslim Indonesia. Saat menguji salah satu santri Pusat Pengkaderan Al-Qur’an, ia berkali-kali tersenyum dan bersyukur dengan bacaan santri yang diuji.
Dalam kesempatan tersebut ia juga mengajak Muslim Indonesia untuk menjadi muslim yang wasathiyah atau tengah-tengah tanpa terjebak pada paham radikal dan lainnya.
Pusat Pengkaderan Guru Al-Qur’an
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Ustad Slamet Ibnu Syam pengasuh ponpes tahfizh Daarul Qur’an mengatakan Pusat Pengkaderan ini diharapkan akan menghasilkan para pengajar Al-Qur’an yang berkualitas. Terlebih dibawah pengasuhan langsung organisasi tahfizh internasional diharapkan akan memiliki standar yang tinggi dalam penilaiannya. Ia mengatakan siapapun bisa untuk ikut dalam mahad ini baik dari ponpes Daarul Qur’an itu sendiri maupun ponpes tahfizh lainnya yang tersebar di Indonesia.
“Jadi tidak sembarang kita bisa terima yang akan masuk kelas sanad ini. Siapa saja yang ingin masuk kelas sanad akan kita kirimkan contoh suara ke organisasi tahfizh internasional apakah sudah layak atau tidak. Jika ada kurang satu huruf saja bacaannya maka akan diulang dan dikirimkan lagi rekamannya yang sudah benar. Begitu juga siapa yang kita nyatakan lulus dan mendapat sanad contoh suaranya juga akan kita kirimkan untuk mendapat persetujuan,” ujar Ustadz Slamet.
Adapun untuk sistem pengajaran, Ustadz Slamet menambahkan, selain memiliki hafalan Al-Qur’an nantinya para murid akan diajarkan ilmu tahsin dan murajaah atau ujian hafalan baru selanjutnya berhak mendapatkan sanad.
“Adapun untuk masa studi jika lancar seorang murid bisa meraih sanad dalam dua bulan. Sedangkan paling lama bisa hingga 8 bulan,” jelas dia.* [Syakib/Syaf/voa-islam.com]