BANDUNG (voa-islam.com), Roadshow Tabligh Akbar Peduli Rohingya berkesempatan mengunjungi kota Kembang, Bandung, kegiatan bertema 'Rohingya Panggilan Jihad Akhir Zaman' itu digelar di Masjid Nurul Huda, Cijerah Kota Bandung, Minggu (24/9/2017).
Sejumlah pembicara dari sejumlah ormas hadir mengisi acara, diantaranya Ketua GPMI Jabar Ustadz Anwar Anshori, Tokoh Aktivis Jabar, Ustadz Rizal Fadhilah, Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi FORJIM, Ustadz Dudy S Takdir, dan Pembina LPPDI Thoriquna, Ustadz Ashadi.
Ustadz Anwar Anshori menegaskan bahwa setiap Muslim wajib membela saudara Rohingya-nya, karena Islam sangat menghargai nilai persaudaraandan menjunjung kehormatan Muslim. Sebagaimana, Khalifah Al Mu'thasim pernah mencontohkannya
"Dulu wanita Muslimah dilecehkan di wilayah Romawi, bukan dibunuh atau diperkosa hanya dilecehkan hingga terbuka auratnya, kemudian wanita itu mengatakan 'Wahai Mu'thasim tolonglah aku,' teriakan itu terdenganr oleh Mu'thasim dan langsung mengerahkan ribuan pasukan menghancurkan romawi," katanya.
"Sekarang berapa pasukan yang dikirim untuk membela Rohingya? Padahal Rohingya terbunuh, dibantai, dan diperkosa,"lanjutnya.
Menurut Anwar, peristiwa Rohingya hanyalah pengulangan sejarah. Umat Islam pernah mengalami genosida di Baghdad olej Tartar, di Spanyol oleh Kristen, dan lain sebagainya. Ia meminta umat Islam tetap waspada, karena tragedi tersebut bisa saja menimpa di Indonesia.
"Kemungkinan minggu depan, bulan depan, tahun depan Bandung yang malah di bantai, kalau kita dizalimi harus melawan,"tuturnya.
Sementara itu, Ustadz Rizal Fadhilah menegaskan bahwa kekerasan di Rohingya disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor ideologis dan geopolitik. Secara ideologis, katanya, Junta militer Myanmar berpaham Marxisme menggunakan kekuatan Buddhis ekstrim untuk merepresi Muslim Myanmar.
"Di sisi lain, Myanmar menjadi proxy negara besar untuk melancarkan perang kepentinhan di Arakan,"cetus Pengurus ANNAS Pusat itu.
Selain itu, Forum Jurnalis Muslim (FORJIM) meminta rezim pemerintah Myanmar diseret ke mahkamah internasional untuk mempertanggungjawabkan pelanggaran HAM berat terhadap etnis Rohingya.
"Kami mendesak agar pemerintah militer dan sipil Myanmar yang dipimpin oleh Komandan Militer Jenderal Min Aung Hlaing dan Perdana Menteri Aung San Suu Kyi diseret ke Mahkamah Internasional atas tuduhan melakukan etnic cleansing," kata Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi FORJIM, Dudy S Takdir.
Lebih lanjut dia menjelaskan, Jenderal Min Aung Hlaing bertanggung jawab, karena dia memerintahkan tentara Myanmar melakukan tindak kekerasan dan pembunuhan terhadap etnis minoritas Rohingya di negara bagian Rakhine. Sedangkan Aung San Suu Kyi, harus dituntut karena diduga melakukan pembiaran terhadap kekerasan yang terjadi.
"Bahkan pada pidatonya di televisi nasional Myanmar pada 19 September lalu, Suu Kyi juga telah melakukan kebohongan dengan menyatakan sejak 5 September tidak ada lagi kekerasan yang dilakukan tentara," ungkapnya.
Dudy merinci tindak pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh tentara Myanmar. Dalam data yang dirilis tim pencari fakta PBB, militer ditemui memberi stempel pada bayi Rohingya saat bayi itu baru lahir. Selain itu militer juga membunuh bayi yang menangis karena haus ketika mereka memerkosa ibu si bayi, dan mereka nembak anak-anak dari belakang saat bocah-bocah itu lari dari desa yang terbakar.
"Bukti-bukti itu sudah lebih dari cukup untuk menyeret mereka ke mahkamah internasional. Selain itu sekarang kita bisa menyebut militer Myanmar adalah tentara yang paling pengecut, karena mereka menembak anak-anak dari belakang," katanya geram.
Redaktur Eksekutif AHAD.CO.ID itu juga meminta Organisasi Kerjasama Islam (OKI) melakukan tindakan nyata untuk membela Muslim Rohingya, tidak hanya sekadar mengecam.
"Kalau hanya mengecam, anak kecil pun bisa. Kita menunggu tindakan yang lebih berani dari negara-negara anggota OKI. Misalnya mereka bisa memainkan teknik hard diplomasi untuk memaksa Myamnar menghentikan kekejian," kata dia.
Tidak jauh berbeda dengan lainnya, ustad Ashadi menegaskan bahwa "Islam itu tidak hanya agama, tetapi juga meliputi Negara, politik, sosial dan kemanusian, jadi jika umat islam tergerak merespon tragedi yang menimpa Muslim Myanmar itu sangat wajar." Itu bukan hanya karena seagama saja, tetapi karena sisi kemanusiaannya juga tergerak "ujarnya.
Dari Tabligh Akbar tersebut, berhasil dikumpulkan donasi untuk Rohingya hingga jutaan rupiah, rencananya roadshow peduli Rohingya akan berlanjut ke kota-kota di pulau Jawa dan Sumatera setelah sebelumnya sukses digelar di Jakarta dan Serpong. (bilal/voa-islam)