JAKARTA (voa-islam.com)--Kamis (28/9), Sekolah Tinggi Ilmu Da'wah (STID) Moh Natsir mewisuda 103 sarjana angkatan ke-7 di Gedung Menara Dakwah Jl Kramat 45 Jakarta Pusat.
Wisuda diikuti 73 mahasiswa, sedang 30 mahasiswi mengikuti wisuda di Gedung Muslimat Center Cipayung, Jakarta Timur.
Hajatan tahunan tersebut didahului dengan Sidang Terbuka Senat Akademik STID M Natsir yang dipimpin oleh Ketua STID Natsir Ustadz Dwi Budiman Assirodji MPdI, dengan peserta Wakil Ketua Umum Dewan Dakwah Dr M Noer dan Amlir Syaifa Yasin MA, Dr Ujang Habibi, Lukman Masa MpdI, serta Ketua Bidang Pendidikan Dr Imam Zamrodji.
Hadir dalam wisuda di Menara Dakwah, para pimpinan dan pengurus Dewan Dakwah, STID M Natsir, dan Ketua LAZNAS Dewan Dakwah H Ade Salamun MA, serta sejumlah donatur program dakwah.
Dalam orasi ilmiah di hadapan wisudawan dan hadirin, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan bahwa dakwah banyak tantangan. Meski demikian, bila dilakukan dengan penuh kesabaran, maka dakwah akan mampu membawa perubahan di masyarakat.
"Dakwah bisa mengubah masyarakat dari yang sifatnya individualistik menjadi masyarakat yang rahmatan lil ‘alamin," ujarnya.
Hidayat Nur Wahid mengungkapkan, Islam sudah masuk ke Indonesia pada tahun 64 Hijrah atau pada abad VI. Ini dibuktikan dengan Prasasti di Barus, Sumatera.
Para juru dakwah Nusantara, lanjut Hidayat Nur Wahid, bekerja dengan ramah dan terbuka. Hal ini dilanjutkan oleh para Wali Songo. "Dengan demikian dakwah Islam terbukti dilakukan tanpa pertumpahan darah," tandasnya.
Dakwah di Indonesia juga menjadi spirit kemerdekaan bangsa. Sebelum ada Budi Utomo, sudah ada organisasi Islam, Jamiat Khair, yang dalam dakwahnya juga membangkitkan nasionalisme Indonesia. Hal ini dilanjutkan para pahlawan nasional seperti Ahmad Dahlan, HOS Cokroaminoto, KH Wahab Chasbullah, Mohammad Natsir, dan lain-lain.
Wakil Ketua MPR RI berpesan agar para wisudawan yang akan terjun menjadi dai, menjaga Nusantara. Bekalnya adalah ilmu agama dan ketrampilan hidup serta kelincahan menghadapi tantangan dakwah.
Hidayat Nur Wahid mengingatkan saat Rasulullah hendak mengutus Mushab bin ‘Umair berdakwah ke Madinah, beliau bertanya apa pegangan untuk berdakwah. Sahabat Mushab menjawab: Al Quran, Sunah Rasul, dan ijitihad yang tak melampaui batas.
Ketua STID M Natsir menuturkan, para wisudawan merupakan mahasiswa yang telah merampungkan studi Strata-1 pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI).
‘’Sejak semester V, para mahasiswa bertugas magang sebagai marbot masjid di sekitar kampus. Ini merupakan latihan awal berdakwah di tengah masyarakat,’’ papar Dwi Budiman.
Selanjutnya, pada bulan Ramadhan, mahasiswa tersebut mengikuti Program Kafilah Dakwah di daerah tertentu. Selama dua bulan mereka mendampingi masyarakat setempat dalam menghidupkan Bulan Suci.
Setelah diwisuda, mahasiswa STID Natsir wajib menjalani Program Pengabdian Dakwah selama minimal 2 tahun di pedalaman. ‘’Ada juga yang terus bertahan di tempat tugas atas permintaan masyarakat ataupun menemukan jodohnya di sana,’’ terang Ketua Bidang Dakwah Dewan Dakwah, Ahmad Misbahul Anam.
Ia memaparkan, para wisudawan angkatan VII ini akan ditempatkan di pedalaman 33 provinsi, sejak Nangroe Aceh Darussalam hingga Papua. ‘’Paling barat bertugas di Bireun dan paling timur di Merauke.’’ Sebagian lainnya bertebaran di Pulau Komodo, Kepulauan Mentawai, Kepulauan Riau, kawasan Gunung Merapi Magelang, Gunung Sinabung Karo, perbatasan RI-Malaysia di Sambas, RI-PNG di Merauke, dan perbatasan RI-Timor Leste di Belu.* [Syaf/voa-islam.com]