View Full Version
Selasa, 17 Oct 2017

Kematian Petinggi ISIS Marawi Dinilai Pengaruhi Daya Dukung di Indonesia

JAKARTA (voa-islam.com), Pengamat Terorisme, Harits Abu Ulya menilai kematian dua tokoh kelompok ISIS di Marawi secara signifikan berpengaruh kepada daya perlawanan mereka terhadap militer Filipina.

Sekedar diketahui, dua pemimpin ISIS di Marawi, Filipina yaitu Omar Maute dan Isnilon Hapilon dilaporkan tewas.

"Paling tidak, kelompok ini memerlukan beberapa waktu untuk segera konsolidasi mengangkat pemimpin baru yang dapat menjaga soliditas kelompok mereka. Nah dalam konteks ini masih belum terlihat orang-orang yang punya kapasitas dan pengaruh sebesar dua tokoh yang tewas," katanya kepada voa-islam, Jakarta, Selasa (17/10/2017).

Namun demikian, lanjut Harits, menilik latar belakang sejarah konflik di Marawi, faktor ekonomi, sosial, kepentingan politik dan agama akan menjadi variabel eksistensi kelompok seperti Maute untuk tetap eksis sekalipun kapasitas mereka bisa menurun.

Selanjutnya, terkait dengan efeknya di Indonesia, menurut Direktur Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) itu,   sejauh ini Indonesia belum menjadi habitat yang subur bagi tumbuhnya kelompok seperti Maute di Marawi Filipina. Banyak faktor dan penyebab, terutama besarnya beragam faktor dan aspek perbedaannya.

"Jadi dengan tewasnya dua tokoh kelompok Maute juga akan berpengaruh kepada daya dukung sekelompok kecil orang Indonesia yang hendak terlibat tempur di Marawi,"ujarnya.

Harits berpendapat bisa jadi dengan basis teologi yang beku, indoktrinasi masih berjalan untuk mengarahkan sekelompok kecil orang agar hijrah ke Marawi untuk ikut berperang hanya karena faktor kesamaan teologi dan afiliasi politiknya kepada ISIS. Namun fakta aktualnya, kondisi lapangan menunjukkan kelompok Maute mulai terdesak dan kehilangan tokoh-tokoh kuncinya, hal ini tentu akan berpengaruh kepada tingkat respek dari komponen luar Filipina.

"Paling tidak, kemampuan mereka (Filipina-Indonesia) membangun koordinasi dan membuat jalur aman bagi suplai SDM dan logistik makin besar tingkat kesulitannya,"ungkap Harits.

Dalam konteks ini, sambungnya, di Indonesia perlu dicermati potensi —meski minor— aksi sporadis sebagai efek "jalan buntu" dari sekelompok kecil orang yang merasa Indonesia menjadi zona konflik pilihan setelah wilayah-wilayah seperti Marawi tidak bisa lagi mengakomodir mereka. (bilal/voa-islam)


latestnews

View Full Version