TEKNAF (voa-islam.com), Shanu (25 tahun) bersama suami dan dua anaknya harus terusir dari kampung mereka di Desa Sadulasoor, Maungdaw, karena adanya penindasan tentara Myanmar. Bersama dengan 40 warga desa lainnya, Shanu dan keluarga mengungsi menuju Teknaf, Bangladesh pada 25 Agustus lalu.
Untuk sampai di Teknaf, Shanu harus menempuh perjalanan sekitar 34 hari dengan menyusuri hutan. Perjalanan menjadi sangat berat bagi Shanu, karena saat itu dia tengah mengandung anak ketiga dimana usia kehamilannya telah mencapai 36 pekan.
Namun, kesulitannya berjalan dalam kondisi hamil tua tidak seberapa dibanding kesedihannya saat suami tercinta meninggal di perjalanan karena tertembak tentara Myanmar. Kesedihan Shanu tidak sampai di sana, sebab tidak lama dari itu, dua anaknya pun meninggal akibat kelaparan. Mereka memang mengungsi tanpa perbekalan makanan yang cukup, sehingga mereka harus menahan lapar berhari-hari.
Meski dengan susah payah, Shanu berhasil tiba di Teknaf, dan empat hari kemudian, Shanu pun melahirkan anak ketiganya di pengungsian. Ada rasa bahagia dan kepedihan mendalam yang dia rasakan dalam satu waktu sekaligus, bahagia karena anak ketiganya lahir dengan selamat, tapi juga sedih karena kehilangan suami dan dua anaknya. Kini, Shanu tinggal di bivak sederhana di Camp Balukhali, Bangladesh bersama bayinya yang berusia 27 hari.
Sahabat, Shanu dan ratusan ribu pengungsi Rohingnya lainnya di kamp pengungsian Bangladesh membutuhkan uluran tangan kita. Mari peduli dan bantu mereka mendapatkan kehidupan yang layak. (bilal/voa-islam)