BANDUNG (voa-islam.com) - Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kota Bandung kembali menggelar Diskusi Publik DIALOGIKA bertajuk “SUMPAH PEMUDA: RELEVANSI TERHADAP TANTANGAN ZAMAN” bertempat di Warung Jajan 11, Cikapayang, Bandung, Rabu (25/10).
Dialogika ini dihadiri oleh beberapa pembicara diantaranya Edo Mashanriza Landaoe (Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Kota Bandung), Andika Permadi Putra (Koordinator Forum Pemuda Mahasiswa Islam), Aji Teja Hartanto (Ketua Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kota Bandung), sedangkan perwakilan dari Himpunan Mahasiswa Islam Kota Bandung tidak bisa menghadiri acara ini dikarenakan lain hal.
Dialogika kali ini dihadiri juga oleh BKLDK Jawa Barat, Pembebasan Bandung, Rumah Pergerakan, mahasiswa ITB, UPI, UNPAS, UNIKOM, STKS, UNISBA, UIN SGD Bandung, dan mahasiswa Kota Bandung lainnya.
Edo, selaku Ketua GMNI Kota Bandung menyampaikan bahwa sepanjang perjalanan pergerakan mahasiswa menemukan titik kritisnya.
‘’Dengan diawali momentum sumpah pemuda, sejarah pergerakan kala itu dimotori dengan keinginan untuk bersatu melawan penjajahan, di sini lah nilai yang dapat diperoleh sebagai wujud keinginan untuk bergotong royong,’’ katanya.
Edo menambahkan bahwa negeri ini belum merdeka, dikarenakan masih adanya Neo-Imperialisme dan Neo-Kapitalisme.
‘’Negeri ini masih terjajah dengan tindak tanduk Neo-Imperialisme dan Neo Kapitalisme yang digaungkan barat/asing. Bahkan pergerakan mahasiswa sempat dibungkam oleh kebijakan NKK/BKK era Orba sebagai wujud tindakan represif demi melanggengkan keberpihakan khianat penguasa,’’ jelasnya.
Andika, selaku Koordinator Forum Pemuda Mahasiswa Islam (FPMI) menjelaskan bahwa semangat sumpah pemuda tidak akan pernah terealisasi kalau kelakuan rezimnya seperti ini.
‘’Boro-boro poin-poin sumpah pemuda terealisaasi, dengan kelakuan rezim yang seperti ini’’ jelasnya.
Andika memberikan pandangan FPMI terkait PERPPU ORMAS, dengan jelas mereka menolaknya.
‘’Kami dengan tegas menolaknya, setidaknya ada lima alasan, pertama tidak memberikan ruang kepada pihak tertuduh untuk membela diri, kedua pengalihan kewenangan dari yudikatif ke eksekutif, ketiga kriminalisasi ajaran Islam, keempat mengkriminalisasi ajaran Islam, dan yang kelima PERPPU ini seperti pisau bermata dua yang bisa digunakan sebagai alat untuk memukul lawan politik,’’ jelasnya.
Ketua Gerakan Mahasiswa (GEMA) Pembebasan Kota Bandung, Aji, menyatakan bahwa poin-poin sumpah pemuda bertolak belakang dengan tatanan masyarakat (zaman) yang tidak berangkat dari semangat sumpah pemuda. Justru tata kelola masyarakat terbentuk dari prinsip sekularisme.
‘’Melalui sistem demokrasi-Kapitalisme kondisi zaman terbentuk sedemikian rupa dengan ruang kebijakan neolib yang terbuka lebar. Sumpah pemuda yagg tersimpulkan dalam wujud 4 Pilar hanya menjadi tameng dalam melegalkan perampokan kekayaan negeri dan penindasan terhadap umat gaya baru," jelasnya.
Maka, bagi pergerakan mahasiswa yang telah mendapatkan musuh utama kapitalisme dan turunannya, harus diperkuat dengan basis perlawanan ideologi Islam. Hal ini adalah wujud kesadaran akan aktivitas perubahan yang diperuntukan untuk kebangkitan umat Islam sebagai sandaran pengaturan tatanan sosial kemasyarakatan," pungkasnya. [aji/syahid/voa-islam.com]