View Full Version
Kamis, 07 Dec 2017

Sedih Melihat Peci Hitam Itu

Turut menyimak acara ILC kemarin malam, saya tak mampu menahan tawa melihat pemaparan dan ekspresi muka orang yang mohon maaf saya tak sudi menyebut namanya di catatan ringan ini.

Saya lebih banyak terhibur dan tertawa dari pada memperoleh informasi baru atau belajar seni berargumen dan berdialog, seperti biasanya saat menonton ILC episode yang lain.

Namun kemudian, saya tersadar bahwa tertawanya saya dan mungkin hampir semua teman-teman saya di linimasa, mungkin juga ditertawakan oleh orang lain disana. Iya, orang lain yang teruntungkan dengan ini semua.

Disitu saya merasa sedih. Terlebih saat melihat peci hitam yang bertengger di kepala orang itu. Tertempel jelas di atasnya lambang barisan serba guna sebuah organisasi kebangkitan Ulama. Jam'iyyah terbesar di tanah air tercinta.

Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bagaimana organisasi kepanduan dan kepemudaan yang dibidani oleh para Kyai ini berperan besar dalam mengusir penjajah Inggris dan Jepang, juga dalam menumpas PKI.

Bagaimana pula hubungannya dengan Laskar Hizbullah dan Syubbanul Wathon yang didirikan oleh KH. Abdul Wahab yang legendaris itu. Dengan misinya yang dahsyat, menjadi tameng dan benteng Ummat dan Ulama.

Dengarkanlah mars organisasinya yang sangat heroik, "Tiada kembali pulang. Sebelum kita yang menang. Walau darah menetes di medan perang. Demi agama ku rela berkorban".

"Maju ayo maju ayo terus maju. Singkirkanlah dia dia dia. Kikislah habis mereka. Musuh Agama dan Ulama", benar-benar merinding saya mendengarnya.

Di logo itu, ada lafadz Alloh, ada gambar burung Ababil sebagai lambang keberanian. Bahkan tertulis di pita bagian bawah sebuah kutipan ayat Al-Qur'an, "Nahnu Anshorullah": kami adalah penolong-penolong Alloh.

Namun mengapa lambang itu bisa tertempel di peci orang seperti itu? Setiap nampang di media selalu pakai atribut yang sama tanpa ada yang menegurnya? Dan kemarin malam, ia tampil dengan kebodohan yang telah ia siapkan, seolah mewakili barisan penolong agama Alloh, beradu dengan para aktivis dan Ulama?

Mengapa pula barisan muda aset umat yang berharga itu seperti beralih dari benteng Ulama menjadi benteng gereja? Menciptakan front dengan laskar dan elemen umat lainnya? Siapa yang telah merubah misi luhurnya? Siapa yang diuntungkan di balik ini semua?

Catatan ini tidak melarang siapa pun untuk tertawa. Tapi tolong jangan lebar-lebar ketawanya. Karena banyak yang harus jadi perenungan kita bersama. [PurWD/voa-islam.com]

@hakimuddinsalim


latestnews

View Full Version