SOLO (voa-islam.com)--Monumen Perisai Pancasila di Kota Solo, Jawa Tengah hancur. Sejumlah pihak menyesalkan hancurnya monumen itu. Sebab Monumen Perisai Pancasila yang dibangun di wilayah Kedung Kopi, Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres tersebut merupakan jejak kebiadaban PKI pada 22 Oktober 1965.
Rusaknya monumen tersebut pertama kali dilihat oleh Paino (75) warga Kampung Jornasan, RT 2/RW 6, Kelurahan Pucangsawit, Sabtu (23/12). Saat itu, sekitar pukul 05.30 WIB ia buang air besar (BAB) di tepi Bengawan Solo. Namun, ia dibuat kaget lantaran yang tersisa hanya bongkahan bata, beton. Bahkan penanda cagar budaya (BCB) yang sudah pecah.
"Saya kaget, lambang Pancasilanya sudah hilang. Saya cuma nemu penanda BCB-nya di sebelah timurnya, itu saja sudah pecah," ujarnya Kamis (28/12)
Paino mengaku sudah berusaha mencari monumen yang hilang. Namun tidak ditemukan. Ia pun hanya dapat memungut pecahan penanda cagar budaya pada monumen tersebut dan merangkainya kembali.
Paino menduga, monumen tersebut hancur dan jatuh ke dasar sungai saat bengawan solo meluap beberapa waktu lalu.
"Sebenarnya kondisi monumen sudah lama kritis. Cuma saya nggak tahu harus ngadu kesiapa. Beberapa kali ada kegiatan di sini tapi sepertinya tidak ada respon dari Pemkot," imbuh Paino.
Ia berharap monumen tersebut segera dibangun kembali. Sebab monumen tersebut merupakan jejak sejarah kebiadaban PKI yang tidak boleh dilupakan. Bahkan jika perlu, monumen tersebut dibangun lebih bagus dan lebih kokoh.
Ketua Komunitas Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) Sewu Budi Utomo, membenarkan hilangnya monumen Perisai Pancasila. Sabtu sore (23/12), ia mengaku sempat melintas ditanggul kelurahan Sewu dan sempat menengok ke arah monumen. Mulanya ia mengira tak ada jika monumen telah hancur.
Mulanya, Budi sempat curiga prasasti itu dirusak orang. Namun ia juga sangsi, sebab penanda BCB prasasti masih ada meskipun telah pecah. Budi lantas bertanya pada sejumlah warga. Namun tak ada yang tahu. Akhirnya ia mendapat penjelasan dari Paino.
Budi menyayangkan hancurnya monumen tersebut. Sebenarnya ia telah lama khawatir monumen tersebut akan rusak dan hancur. Berulang kali ia menggelar acara di monumen tersebut untuk mengundang perhatian Pemkot akan kondisi monumen. Namun hal itu tinggal harapan. Pemerintah kota Surakarta hingga saat ini tidak memberikan perhatian.
"Kondisi monumen sebenarnya sudah lama mengkhawatirkan, saya dan teman teman sering buat kegiatan disitu supaya pemkot ada perhatian, tapi ternyata tidak ada perhatian," katanya.
Sebagai Informasi monumen itu sudah ditetapkan sebagai BCB tahun 2012 lalu dengan nomor 25-58/E/Jb/2012. Monumen tersebut menyimpan kisah kelam. Warga mengenangnya sebagai pembantaian Kedung Kopi.* [Aan/Syaf/voa-islam.com]