View Full Version
Rabu, 17 Jan 2018

Jembatan Beton yang Dinanti Selama 100 Tahun

PARUNGPANJANG (voa-islam.com)—Setelah hampir 100 tahun menggunakan jembatan bambu, warga Kampung Jagabita, Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat, akhirnya bisa merasakan jembatan beton untuk menyeberangi sungai Cimanceuri.

Jembatan ini dibangun oleh Program Pembibitan Penghafal Alquran (PPPA) Daarul Quran sejak Agustus 2017. Peresmian jembatan ini dilakukan Ahad (14/1/2018).

''Pembangunan jembatan yang dimulai pada Agustus 2017 lalu, saat ini kondisinya sudah seratus persen dapat digunakan warga setempat,'' kata Direktur Eksekutif PPPA Darul Quran, Tarmizi As Shidiq, Ahad (14/1).

Lebih lanjut, ia mengatakan peresmian tersebut dihadiri oleh para pegiat media sosial, donatur, rekan media dan pimpinan Paytren sebagai mitra donor dalam pembangunan jembatan kehidupan bagi desa Jagabita.

“Melalui program Jembatan Kehidupan, PPPA berupaya membantu kesulitan masyarakat yang daerahnya belum tersentuh tangan-tangan pemerintah, wilayah terisolir dan mengalami ketimpangan ekonomi, sosial serta pendidikan, sehingga desa tersebut tumbuh mandiri,” ujar Tarmizi.

Ia menjelaskan, di Desa Jagabita, sudah hampir 100 tahun warganya menanti jembatan tua tersebut berubah dengan jembatan yang akan berdiri kokoh. Sebab, jembatan Cimanceuri adalah satu-satunya akses utama keluar kampung.

Sementara, jembatan yang kini berdiri masih dibangun dengan bambu seadanya dan hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki dan kendaraan bermotor. Itu pun harus bergantian, tak heran warga yang lewat bisa saja jatuh tercebur sewaktu-waktu dikarenakan rapuhnya kondisi jembatan. “Setiap tahun mereka harus membangun kembali jembatan dengan patungan seikhlasnya, lantaran sampai saat ini belum ada sama sekali bantuan dari pemerintah,” tuturnya.

Jika musim hujan tiba, kata Tarmidzi, warga kesulitan melewati jembatan. Jalan kampung yang masih tanah merah, membuat jembatan yang dibangun dengan bambu licin untuk dilalui.

“Akses pendidikan, ekonomi dan aktivitas masyarakat Jagabita pun terhambat selama masim penghujan tiba, sebab air sungai meluap melahap jembatan bambu mereka,” ungkapnya.

Upah yang tak seberapa membuat mereka tak mampu membangun jembatan dengan beton-beton yang kuat. “Ada sekitar 270 KK di sini. Kebanyakan memang lulusan SD saja, hanya jadi petani, buruh ya kerjanya serabutan saja,” ujar Ketua RT 03 Desa Jagabita, Yadi Setiadi.

Warga yang telah menanti selama 100 tahun untuk memiliki jembatan kokoh sudah tak sabar menggunakan jembatan baru. Rasa khawatir bila musim penghujan tiba pun sirna, sebab jembatan mereka kini benar-benar kokoh, bambu-bambu tua telah berganti tiang-tiang beton. Selama proses pembangunan, warga pun terlibat secara langsung.

“Kearifan lokal yang dibangun oleh PPPA Daarul Qur’an bertujuan agar warga turut menjaga keberadaan dan kelestarian jembatan baru ini” ujar Tarmizi.

Program “Jembatan Kehidupan” juga tak lepas dari tema besar “Membangun Indonesia dan Dunia dengan Alqur’an”. Usai jembatan dibangun, PPPA Daarul Qur’an akan menata dakwah masyarakat setempat dengan nilai-nilai Qur’an dengan mendirikan Kampung Qur’an atau Rumah Tahfizh. “Dakwah menjadi sangat penting dan pokok agar masyarakat dan anak-anak tumbuh menjadi religius dan berakhlak mulia,” papar Tarmizi.* [Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version