JAKARTA (voa-islam.com)- Dengan lantang berani mengusulkan para khatib Jum’at agar diseleksi semuanya. Namun saat tiba giliran ada yang nekat menjadi imam justru tidak ada yang berani berkomentar yang hal sama.
“Kenapa gak ada yang berani bilang: ‘Seleksi dulu mutu bacaan para imam!’ Padahal khatib lebih ringan tanggungjawabnya dari imam. Hayo, ditunggu komennya,” demikian kata Wasekjen MUI Pusat, ustaz Tengku Zulkarnain, di akun Twitter pribadi miliknya, belum lama ini.
Seperti pengamalamannya, seseorang yang dianggap memiliki langsung ke nabi saja saat diminta menjadi imam menurutnya masih ada rasa pikir. “Orang yang sudah dapat ijazah al-Qur;an punya sanad tembus ke Rasulullah saja, diminta jadi imam masih mikir. Malah yang belepotan bacannya maju dan berani jadi imam tanpa rasa beban. Apakah itu yang namanya nekat?”
Sebaiknya orang seperti ini menurut dia tidak lagi dipilih menjadi imam. “Orang kalau sikapnya nekat memang susah. Malu pun tidak ada. Bacaan al-Qur’annya belepotan saja berani maju jadi imam. Padahal selain tidak sah, berdosa lagi. Tapi apa boleh buat. Namanya juga nekat.” (Robi/voa-islam.com)