View Full Version
Kamis, 08 Feb 2018

Soal Penyerangan terhadap Ulama, CIIA: Tokoh Umat Islam Segera Bentuk TPF Independen

BANDUNG (voa-islam.com) - Dalam dua pekan sejak akhir Januari yang lalu, penganiayaan terhadap ulama terus terjadi, khususnya di Jawa Barat. Bahkan pada Kamis pekan lalu Ulama dari Persis sampai tewas saat akan melaksanakan Shalat Subuh.

Menurut Dirrektur dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya mendukung agar tokoh umat Islam yang concern advokasi kasus penyerangan ulama di Jabar perlu membuat Tim Pencari Fakta (TPF) independen, diluar langkah yang sudah dilakukan aparat kepolisian.

Pasalnya, lanjut Harist, karena dua kali kejadian tapi dengan obyek korban dan pelaku yang "sama" maka menjadi tanda tanya besar. Dua ulama menjadi korban dan dua orang yang di duga gila menjadi pelaku. TPF ini diharapkan bisa memberikan masukan dan mampu menjawab tanda tanya publik atas peristiwa tersebut.

"Jika benar gila paska pembuktian medis maka apakah ada kemungkinan orang gila tersebut dikondisikan atau diagitasi oleh pihak tertentu untuk melakukan aksi kriminal penganiayaan dan pembunuhan?" tanyanya.

Menurutnya, jika murni pelakunya tunggal bukan produk provokasi dan agitasi dan dalam kondisi sakit jiwa maka tidak bisa harus bebas dari jeratan hukum. Oleh karena itu umat Islam perlu waspada setiap ada upaya provokasi dan agitasi terbuka maupun tertutup yang bisa melahirkan kondisi keamanan tidak kondusif. Karena tidak menutup kemungkinan kasus ini akan berulang lagi ditempat yang berbeda dengan obyek serta pelaku yang beda pula dengan alibi pelakunya adalah sakit jiwa alias gila.

"Saya pernah jumpai kasus seorang Ustad disatu kampung menjadi target penganiayaan dan tempat tinggalnya di bakar. Dan itu dilakukan oleh orang yang dikenal oleh publik setempat sebagai orang gila atau stress. Sang pelaku ini sebelum membakar itu bercerita kalau disuruh oleh sekelompok orang yang hasud terhadap ustad tersebut. Dan dikelompok tersebut ada mastermind-nya," ungkapnya.

Oleh karena itu, sambung Harits, dalam kasus Jabar maka pemain bisa saja beda tapi modus yang dipakai adalah sama. Jika peristiwa ini adalah produk "permainan" intelijen gelap maka motif dan targetnya adalah kepentingan politis. Tapi yang urgent sekarang bagi umat Islam adalah bersikap waspada dan proporsional mensikapi kondisi mengingat tahun 2018 adalah tahun-tahun gaduh politik. Sehingga  TPF independen perlu ungkap fakta dibalik persitiwa ini. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version