LONDON, INGGRIS (voa-islam.com) - Lima belas tentara Rusia yang dipekerjakan di Suriah oleh sebuah perusahaan keamanan swasta tewas ketika sebuah ledakan yang tidak dapat dijelaskan mengguncang depot senjata di markas mereka di negara yang dilanda perang tersebut, sebuah monitor mengatakan pada hari Rabu (14/2/2018).
Insiden tersebut terjadi di fasilitas penyimpanan senjata perusahaan di Tabiya Jazira beberapa hari yang lalu di provinsi timur laut Deir Ezzor, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris.
Direktur observatorium Rami Abdel Rahman mengatakan perusahaan yang dimaksud bertanggung jawab atas "melindungi ladang minyak dan gas yang dikendalikan oleh rezim Suriah".
"Lima belas orang Rusia yang bekerja untuk sebuah perusahaan keamanan swasta Rusia tewas dalam sebuah ledakan di sebuah gudang senjata perusahaan di Tabiya Jazira di provinsi Deir Ezzor," katanya kepada AFP.
Tujuh orang lainnya, kebanyakan petempur Suriah pro-pemerintah, tewas dalam ledakan tersebut, tambahnya.
Para pekerja Rusia telah berada di lokasi ketika "pasukan rezim mencoba untuk mengambil lapangan gas Coneco" yang dikendalikan oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF), sebuah aliansi petempur Arab dan Komunis Kurdi yang didukung AS.
Kematian itu dilaporkan terjadi setelah koalisi pimpinan AS menyerang pabrik Coneco pada hari Rabu lalu sebagai pembalasan atas serangan terhadap sebuah basis SDF di dekat lapangan gas di tepi timur sungai Efrat.
Koalisi pimpinan AS mengatakan bahwa pihaknya membunuh setidaknya 100 pejuang pro-pemerintah untuk menangkis serangan terhadap sekutunya di Suriah timur, dalam satu konfrontasi paling mematikan namun dengan pasukan yang mendukung Damaskus.
Sedikitnya enam tentara bayaran Rusia - dan dilaporkan jumlahnya lebih - yang bertempur di pihak Bashar al-Assad, tewas dalam serangan AS, beberapa laporan dari Rusia menyatakan.
Observatorium tersebut, yang mengandalkan jaringan sumber di lapangan di Suriah, mengatakan bahwa 45 pejuang pro-pemerintah terbunuh.
Pemerintah Assad mengecam serangan tersebut menyebutnya sebagai "kejahatan perang".
Koalisi pimpinan AS didirikan pada tahun 2014 untuk melawan kelompok Islamic State (IS), namun telah mengebom pasukan yang setia ke Damaskus beberapa kali. (st/MEE)