View Full Version
Rabu, 14 Mar 2018

Jadikan Hijrahmu sebagai Perbaikan Diri, jangan Hiraukan Cibiran Orang Lain

JAKARTA (voa-islam.com)- Hijrah itu mempunyai arti secara etimologinya pindah atau keluar. Pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam termonologi Islam, Hijrah itu semangat memperjuangkan agama sehingga harus pindah dari suatu negeri ke yang lain sebagaimana Nabi shalallahu a’lahi wassalam Hijrah dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah).

“Hijrah terbagi dua: Hijrah makaniyah (tempat/jasadiyah) dan hijrah haliyah (prilaku/ma'nawiyah). Hijrah tempat itu sebagaimana hijrah yang dilakukan oleh Nabi dan itu sudah tidak lagi disyariatkan setelah penaklukan Mekah. Ini haditsnya:  لا هجرة بعد الفتح ‎ولكن جهاد ,” kata Kiai Cholil Nafis, di akun Twitter pribadi miliknya, Rabu (14/3/2018).

Sekarang menurutnya hanya tinggal hijrah ma'nawiyah dan prilaku: dari kufur kepada iman, dari maksiyat menuju taat. Yaitu taubat. “Hijrah ini terus berlaku sepanjang masa selama pintu taubat masih terbuka dan matahari belum terbit dari ufuk Barat.”

Hijrah menurut beliau bukan semata-mata soal pakaian meskipun penampilan awal tentunya berhijab bagi yang biasa terbuka sebagai langkah awal hijrah dari kebiasaan lama. “Namun yang lebih penting mengawali hijrah itu meluruskan niat. Untuk apa kita hijrah atau berjilbab bahkan sampai bercadar?

Niatnya hijrah itu taubat dan ingin menjadi muttaqin (orang yg taqwa) kpd Allah SWT.” Maka cirinya itu menurutnya selalu berupaya menebar kebaikan, tak takut nyinyir orang lain dan selalu berupaya adil menyikapi masalah. Hindari merasa dirinya paling suci dan yg lain kotor.

“Pakaian itu memang ciri manusia dibanding makhluk lain, sehingga manusia dapat menutup aibnya. Namun sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa yang dapat menghiasi diri, baik luar maupun dalamnya. Jangan sampai pakaian hijrah itu menjadi kesombongan  identitas diri yang suci.” (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version