YOGYAKARTA (voa-islam.com), Dalam rangka meningkatkan literasi dalam beraktivitas di media sosial pada era siber, sejumlah dosen di Yogyakarta mendirikan Jogja Mendaras Data (JMD). JMD dibangun sebagai salah satu membendung penyebaran berita hoax di dunia maya.
"Jogja Mendaras Data ini merupakan inisiatif dari sejumlah dosen di Yogyakarta agar masyarakat siber tidak gampang terjerumus dan bermain informasi hoax di media sosial. Sesuai namanya mendaras, artinya mengkaji atau belajar dengan sungguh agar cerdas dalam menggunakan media sosial". Demikian disampaikan Fathul Wahid, dosen Program Magister Informatika, Universitas Islam Indonesia (UII), salah satu inisiator JMD, yang juga Kepala Badan Sistem Informasi (BSI) UII, dalam konferensi pers peluncuran JMD di kampus UII Yogyakarta (15/3).
"Kami memiliki perangkat teknologi yang memungkinkan digunakan untuk menyimpan dan menganalisis data percakapan warganet melalui media sosial seperti Twitter. Data ini menjadi sangat penting untuk mendeteksi apakah sebuah topik yang lagi hangat menjadi perbincangan warganet sengaja digerakkan oleh kelompok kepentingan, atau benar-benar murni kepentingan publik", tambah Andri Setiawan, dosen Program Magister Informatika, yang juga Wakil Kepala BSI UII.
"Kelak JMD akan menyediakan data bagi publik tentang apa saja terkait berbagai isu aktual yang menjadi perbincangan publik", ungkap Bagus Fajriya Hakim, Ketua Program Studi Statistika UII.
Turut hadir dalam peluncuruan JMD, Ismail Fahmi yang juga pengajar Program Magister Informatika, Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII, Yogyakarta. Kepada media, Fahmi menjelaskan, dalam pengoperasiannya JMD akan dibantu oleh Drone Emprit yang dikembangkan oleh Media Kernels Indonesia, yang sudah berpengalaman terlebih dahulu dalam pendataan dan pemetaan pembicaraan warganet di media sosial.
"Data yang tersimpan nanti dapat diakses oleh siapa saja. Kami akan buat mekanisme teknisnya agar banyak orang dapat mengakses data percakapan warganet di media sosial secara gratis", jelasnya. "Namun, akan dibuat mekanisme yang mengendalikan keteraksesannya," lanjutnya.
"Fokus JMD sejalan dengan ide Program Pascasarjana FTI UII yang sedang menggodog pembukaan konsentrasi baru dalam bidang sains data atau analitika data", jelas Teduh Dirgahayu, Kepala Pusat Studi Sistem Informasi Enterprise dan Direktur Program Pascasarjana FTI UII.
Sementara itu pengamat sosial media UIN Sunan Kalijaga, Iswandi Syahputra yang juga tergabung dalam JMD menjelaskan, JMD dapat membantu membersihkan informasi pada era media baru. "Saat ini siapa saja bisa membuat dan menyebar informasi tentang apa saja di media sosial. Informasi menjadi berlimpah ruah. Apalagi memasuki tahun politik. Informasi dapat menjadi komoditas politik. Informasi bersih dan kotor atau tersamar menjadi bercampur di media sosial. JMD dapat menjadi alat pembersih informasi berbasis data. Demokrasi virtual tidak dapat dibangun dari informasi yang kotor", jelasnya.
"JMD ingin mendedikasikan diri untuk mengembangkan kajian dan penelitan bidang media sosial terkait isu-isu kontemporer. Harapannya, masyarakat semakin cerdas dalam bermedia sosial, bicara berbasis data, dan terhindar dari berita palsu (hoax)", tambah Subhan Afifi, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Yogyakarta.
"JMD terbuka untuk berkolaborasi dan bekerja bersama berbagai pihak yang memiliki visi dan dedikasi sama, yaitu publik yang cerdas dalam bermedia, iklim media sosial yang sehat, dan informasi yang bersih", papar Muzayin Nazaruddin Ketua Prodi Ilmu Komunikasi UII Yogyakarta. (bilal/voa-islam)