JAKARTA (voa-islam.com)- Panglima TNI, Hadi Tjahjanto tak datang saat diundang dialog oleh Dewan Pertimbang (Wantim) MUI, kemarin, Rabu (21/3/2018). Namun demikian, Panglima mengirim utusannya untuk ikut dialog bersama Wantim MUI beserta beberapa perwakilan ormas-ormas Islam.
Ketidakhadiran Panglima atas dialog oleh Wantim MUI rupanya tidak hanya di kepemimpinan Hadi, melainkan juga pernah di era kepemimpinan Panglima Gatot Nurmantyo tahun 2017. Padahal, menurut Ketua Wantim, Din Syamsuddin, kehadiran Panglima saat ini atau yang lalu sangat penting, tidak hanya berisikan silaturahim tetapi juga untuk kepentingan lebih dari itu. Tapi Din tidak mempersoalkan itu.
“Panglima TNI sebenarnya kita harapkan hadir. Sebab sesuai dengan keinginan dan kecenderungan dari Dewan Pertimbangan MUI ini, yang sejak awal di tahun 2017 lalu kita ingin ambil bentuk dalam silaturahim, bertukar pikiran di antara pemangku amanat di bangsa ini,” sampai Ketua Wantim tersebut, Rabu (21/3/2018), di MUI Pusat, Jakarta.
Alasan Wantim mengundang TNI menurut Din diyakini banyak hal yang dapat dibicarakan untuk bangsa ini ke depannya. “Sebab kita berkeyakinan dengan silaturahim semacam itu banyak masalah bangsa yang dapat kita atasi. Tahun lalu, Pak Herindra, Wantim juga mengundang Bapak TNI waktu itu adalah Bapak Panglima Gatot Nurmantyo, kalau tidak salah pada bulan Maret 2017, namun akhirnya beliau tidak bisa datang juga,” ia menambahkan.
Kali ini, Din melanjutkan, dengan Panglima TNI yang baru Wantim MUI mengharapkan, Din dengan Pak Nur Ahmad, kebetulan saat itu bertemu langsung dengan beliau (Panglima Hadi) di persepsi pernikahan dan mengharapkan sekali bisa hadir. “Surat kita kirim, sampai tadi malam informasinya insya Allah hadir. Saya juga ikut cek ke ajudan atau sekri, insya Allah akan hadir. Maka banyak dari anggota Wantim sangat antusias bertemu dengan beliau,” katanya lagi berharap Panglima hadir.
Menurut Din bukan sekedar hanya dialog dengan Panglima TNI yang baru Wantim ingin bertemu, tetapi untuk pula bagi Wantim membuka diri bersilaturahim pertama kali, karena belum adanya saling mengenal semua. Tetapi rupanya beliau mungkin ada acara lain dan mendadak maka diwakilkan.
Dulu pun menurutnya Panglima yang lalu juga bulan Maret tidak bisa datang, sekarang juga Maret 2018. “Jadi mungkin yang akan datang jangan bulan Maret mengundangnya. Di samping bersilaturahim dengan Panglima TNI, mungkin kapan-kapan bisa diulang lagi (mengundang), tolong disampaikan pesan kami ke beliau, sebab isu ini tentang Tantangan dan Ancaman Kedaulatan terhadap Negara Ini, bagi MUI, ormas-ormas Islam, dan umat Islam pada umumnya itu persoalan yang sangat penting,” tambahnya.
Sentral, vital, dan krusial yang ingin didialogkan oleh Wantim dengan Panglima TNI. “Kalau saya boleh pakai tiga predikat tadi itu, maka kita berharap masalah kedaulatan ini bisa kita tegakkan. Dan MUI, baik melalu Kongres Umat Islam Indonesia 2015 yang lalu, termasuk kita ulang kembali ini sebagai hasil dari Rapat Pleno Wantim MUI yang melahirkan suatu naskah Bela Negara adalah Jati Diri Umat Islam Indonesia. Itu hasil kesepakatan kita dulu itu,” tutup Din menjelaskan. (Robi/voa-islam.com)