View Full Version
Rabu, 02 May 2018

Demi Sembako Gratis di Monas, Desi Durhaka kepada Sang Suami

JAKARTA (voa-islam.com)—Perhelatan Untukmu Indonesia di Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (28/4/2018) lalu penuh dengan kesemerautan. Sampah menumpuk hingga berton-ton. Kemacetan menggila dari pagi hingga menjelang sore di kawasan Monas.

Tak terhitung warga yang pingsan karena kepanasan dan berdesak-desakan berebutan sembako. Kemudian, berita duka dua bocah meninggal dunia saat ikut berdesak-desakan di acara yang digagas Forum Untukmu Indonesia. (Baca: Wagub: Dua Anak Meninggal Dunia pada Acara Untukmu Indonesia di Monas)

Acara-acara bagi sembako ini memang menjadi magnet bagi warga kalangan menengah ke bawah untuk bergerak menuju Monas. Mereka sedari pagi sudah memenuhi kawasan Monas.

Desi (39) mengaku sejak jam 7 pagi sudah berada di Monas. Dengan menggunakan transportasi commuter line (KRL), Desi berangkat dari rumahnya di Klender, Jakarta Timur bersama dua anak laki-lakinya.

Meski tak diizinkan suami, Desi tetap nekad berangkat demi mendapatkan sembako. “Ya ini, suami padahal nggak kasih izin saya berangkat. Tapi saya berangkat saja karena mau ambil sembako, padahal suami ngedumel,” ungkap Desi ketika ditemui Voa Islam di stasiun Djuanda, Sabtu (28/4/2018).

Sesampai di Monas, massa sudah berdesak-desakan menukarkan kupon sembako. Desi pun ikut berdesak-desakan. Semakin siang, massa semakin ramai. Matahari pun semakin terik. Desi melihat banyak anak-anak dan orangtua yang pingsan.

“Wah banyak yang pingsan Mas. Rebutan sembako. Padahal kalau saya lihat sembakonya gak seberapa. Ada yang cuma dapat satu kilo beras,” ungkap Desi. (Baca: Sukiyah Kapok, Panas-panasan Antri Empat Jam di Monas Hanya Dapat Tiga Bungkus Mie Instan)

Beberapa jam berdesak-desakan, Desi tak kunjung mampu menukarkan kupon sembako ke panitia. Ia pun mengibarkan bendera putih tanda menyerah dan berbalik arah untuk pulang. “Saya gak tahan, nafas saya kaya sesak gitu. Akhirnya saya pulang. Ini kuponnya (sembako, makanan, dan hadiah) masih lengkap di saya. Saya nggak dapat apa-apa,” ujar Desi.

Desi pun merasa bersalah tak mendengarkan kata suami. Ia pun buru-buru menelepon sang suami untuk minta maaf.

Melihat stasiun Djuanda berjubel penuh dengan calon penumpang, Desi akhirnya memilih menggunakan taksi online untuk pulang ke rumahnya di Klender. “Nggak dapat apa-apa, tadi di Monas saya beli makanan bertiga habis seratus ribu. Sekarang naik Grab bisa seratus ribu macet begini ke Klender,” kata Desi.* [Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version