JAKARTA (voa-islam.com)—Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, Ustadz Yusuf Muhammad Martak mempertanyakan peran intel negara dalam mencegah terjadinya teror bom di Indonesia.
Rentetan teror bom di Jawa Timur dalam waktu berdekatan menjadi bukti peran intel negara tak berfungsi maksimal.
“Negara ini punya aparat, punya TNI, punya kepolisian. Setiap aparat dan kepolisian punya divisi intelnya. Kemana BIN nya? Kemana BAIS-nya? Ini yang perlu dipertanyakan. Karena bom bukan hanya terjadi di satu tempat,” ujar Ustadz Yusuf ketika ditemui Voa Islam di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (14/5/2018).
Lebih lanjut Ustadz Yusuf mengingatkan agar kasus teror bom tak dijadikan komoditas politik untuk menyudutkan pihak tertentu.
“Ini bukan masalah main-main. Karena ini bisa dikaitkan ke semua lini, baik ke masalah Pilkada, Pileg, Pilpres. Jangan membawa teror bom ini ke ranah politik,” tegas Ustadz Yusuf.
Ekses dari peristiwa teror bom Surabaya ini adanya upaya tuduhan keji dari pihak tertentu bahwa kelompok oposisi pemerintah sebagai pendukung terorisme. Termasuk ditujukan kepada alumni 212 serta GNPF Ulama.
Ustadz Yusuf menepis tuduhan itu. “Saya perlu tekankan sekali lagi. Ini bukan dari golongan kami. Kami tidak pernah merasa berjuang bersama-sama. Mereka adalah komunitas tersendiri. Komunitas yang tertutup. Perjuangan kami selalu mengedepankan kesabaran. Selalu mengedepankan konstitusional. Mengadakan lobi, pembicaraan,” ungkap Ustadz Yusuf.
Simak video Voa Islam TV:
* [Syaf/voa-islam.com]