View Full Version
Rabu, 16 May 2018

Forjim: Media Tak Boleh Kaitkan Atribut Keagamaan Dengan Teroris

JAKARTA (voa-islam.com), Maraknya aksi pengeboman dan terorisme di Tanah Air, menyisakan imbas persoalan lain diantaranya pemberitaan media massa yang tidak proporsional.

Ketua Umum Forum Jurnalis Muslim (Forjim), Duddy Sya'bani Takdir menilai media massa arus utama yang seharusnya menenangkan masyarakat malah membangkitkan ketakutan.

"Media bukannya menjadi penenang masyarakat, justru menjadi pemicu kekhawatiran lebih jauh," kata Duddy kepada voa-islam, Rabu (16/5/2018).

Duddy mencontohkan kesalahan media ketika memberitakan atribut-atribut keagamaan yang tidak ada hubungan dengan substansi terorisme.

Padahal, tahun 2015 Dewan Pers sudah mengeluarkan aturan regulasi liputan terorisme, Dewan Pers melarang mengaitkan atribut-atribut kelompok tertentu seperti cadar atau jenggot dengan terorisme.

"Tapi itu dilakukan, tidak relevan dan tidak ada kaitan. Ada media menulis judul dengan jelas, ditemukan busur dan anak panah banyak di rumah terduga terorisme di Surabaya, ini relevansinya apa terhadap isu terorisme? " ujarnya.

Pemberitaan seperti itu, lanjut Duddy, akan menggiring opini bahwa pehobi panahan adalah bagian dari teroris. Belum lagi, sambung Duddy pemberitaan soal terduga terorisme sebagai anggota sebuah Lembaga Dakwah Kampus. Namun, ternyata informasi tersebut tidak benar.

"Ini kita monitoring, akhirnya media memicu kekhawatiran dan menimbulkan sikap berlebihan di masyarakat,"terangnya.

Selain itu, Duddy juga melihat ada sejumlah media melakukan seleksi narasumber, wawancara kebanyakan dilakkan kepada narasumber yang tendensius terhadap Islam saat membahas isu terorisme. "Pilihan pengamat yang kerjaannya memang gebuki umat islam," ucapnya.

Lebih dari itu, akibat pemberitaan tidak proporsional menciptakan polarisasi isu-isu berlebihan di media sosial. "Seperti di medsos, ada ajakan-ajakan merebut masjid dari golongan tertentu," katanya. (bilal/voa-islam)


latestnews

View Full Version