JAKARTA (voa-islam.com) - Keluarga Alumni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KA KAMMI) sangat menyesalkan pernyataan Mantan Rektor UIN Jakarta Azyumardi Azra pada sebuah acara diskusi di Graha CIMB Niaga Jakarta (10/7) yang menuduh Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan KAMMI sebagai pemicu radikalisme di kampus-kampus. Penyelasan dan protes ini disampaikan oleh Presidium Nasional Keluarga Alumni KAMMI Yanuar Arif Wibowo melalui siaran pers yang dikirim ke media Selasa kemarin (10/7/2018).
"Kami menyesalkan tokoh sekaliber Profesor Azyumardi membuat pernyataan yang bukan saja menuduh tapi juga mendiskreditkan lembaga dakwah kampus dan KAMMI sebagai pemicu radikalisme. Entah apa yang melatari pernyataan bernada insinuasi dan kebencian terhadap lembaga dakwah dan organisasi aktivis mahasiswa yang telah berkiprah lama bahkan ikut melahirkan reformasi ini?," kata Yanuar heran.
LDK dan KAMMI adalah lembaga yang didirikan dengan semangat untuk menghadirkan kebaikan bagi umat, bangsa dan negara. Jelas dalam aktivitas maupun statuta (AD/ART) organisasi ini kehendak untuk mencetak muslim negarawan. Bahkan KAMMI sebagai salah satu elemen organisasi kemahasiswaan kala itu turut melahirkan gerakan reformasi dan menjadi salah satu elemen yang terdepan dalam proses reformasi 1998.
"LDK dan KAMMI sepanjang sejarah dan kiprahnya selalu berusaha mempromosikan perubahan yang lebih baik bagi bangsa dan negara dengan mengedepankan perbaikan akhlak yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sebagai karakter dan kepribadian bangsa.
Yanuar juga menyesalkan Azyumardi Azra yang membenturkan LDK dan KAMMI dengan organisasi kemahasiswaan lain seperti GMNI, PMKRI, dan PMII dengan pernyataannya agar lembaga-lembaga tersebut mengambil peran lebih aktif lagi untuk menghadang pengaruh LDK dan KAMMI.
"LDK dan KAMMI adalah oraganisasi terbuka dan tidak pernah mengambil jarak dengan elemen organisasi kemahasiswaan lainnya bahkan berharap dan terus berupaya menjalin sinergi dalam kerangka fastabiqul khoirot. Kenapa harus dibenturkan? Kami justru senang jika organisasi lainnya turut berlomba mengisi ruang kontribusi yang tersedia untuk kebaikan dan kemajuan bangsa," tandas Yanuar.
Selanjutnya, mantan Sekjen Gema Keadilan ini menghimbau agar tokoh sekaliber Azyumardi Azra memberi teladan dalam pernyataan dan sikap yang meneduhkan dan memotivasi para pemuda dan mahasiswa untuk berkontribusi. Bukan pernyataan yang mendeskriditkan, menimbulkan kecurigaan dan kebencian, serta bisa memecah belah diantara elemen pemuda dan mahasiswa.
"Bukan saatnya lagi kita berpikir regresif dan segregatif dengan mendeskriditkan elemen bangsa tertentu dan menonjolkan yang lainnya. Bangsa ini terlalu besar dan masalahnya terlalu kompleks untuk diselesaikan sendirian. Butuh kerja sama dan sinergi sesama elemen bangsa termasuk elemen organisasi pemuda dan mahasiswa," kata Yanuar.
Pun, lanjut Yanuar Arif, jika Profesor Azyumardi punya kritik dan masukan kepada LDK dan KAMMI akan sangat baik dan bermartabat jika disampaikan langsung secara dialogis. "Teman-teman LDK dan KAMMI sangat terbuka jika itu dilakukan," pungkas Yanuar.
Sebagaimana diberitakan situs berita www.suara.com, dalam sebuah acara diskusi di Graha CIMB Niaga Jakarta (10/7/2018), Cendikiawan Muslim Azyumardi Azra mengakui perkembangan paham radikal di lembaga pendidikan tinggi di Indonesia makin marak. Hal itu disebabkan, berkembangnya kelompok kanan atau kalangan Islamis yang cenderung jihadis seperti Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
Untuk menghadapi hal itu, dia berharap agar kelompok Cipayung, seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) kembali bergerak aktif. Dia juga ingin agar cita-cita dari kelompok Cipayung ini dapat direformasi.[fq/voa-islam.com]