BANDUNG (voa-islam.com) - Seperti yang diketahui Sumber utama ajaran umat Islam sedunia tetaplah sama, yaitu al-Quran dan al-Hadist. Sumber ajaran itu tidak berubah dan tidak berbeda sampai kapan pun dan di mana pun.
"Namun umat Islam dalam menjalankan sumber ajaran tersebut ternyata menemui perbedaan. Ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, segala permasalahan masyarakat waktu itu bertumpu kepadanya. Pemahaman dan pelaksanaan Islam sesuai dengan perintah Nabi," demikian disampaikan Ketua Pelaksana Sekolah Pemikiran Islam Arief Candra Firmawan saat memberikan sambutannya Stadiun General yang diadakan di D'Best Hotel Sofia Bandung pada Sabtu, (11/08) dengan mengambil tema 'Islam Nusantara: Sebuah Kajian Historis'.
"Hari ini umat Islam terkontaminasikan dengan istilah Islam Nusantara akhir-akhir ini mengundang banyak perdebatan sejumlah pakar ilmu-ilmu keislaman. Sebagian menerima dan sebagian menolak. Alasan penolakan mungkin adalah karena istilah itu tidak sejalan dengan dengan keyakinan bahwa Islam itu satu dan merujuk pada yang satu (sama) yaitu Al-Quran dan As-Sunah," lanjutnya kepada voa-islam.com.
Menurut Arief Gagasan Islam Nusantara atau Islam damai ala Indonesia pun kian masif di sosialisasikan ditengah-tengah masyarakat. Ia mengatakan perlu mengkaji lebih dalam lagi terkait makna Islam Nusantara melalui kegiatan ini. Sehingga memberi pemahaman yang utuh pada makna Islam nusantara.
"Jadi tujuan mengapa materi Islam Nusantara yang akan disampaikan yaitu untuk mengetahui sejarah singkat munculnya Islam Nusantara, memberikan pemahaman mengenai Islam Nusantara dan mendalami tujuan dari lahirnya Islam Nusantara," pungkasnya.
Pada Stadium General yang mengabil tema 'Islam Nusantara: Sebuah Kajian Historis' ini menghadirkan Pengajar di Muhammadiyyah Islamic College Singapore Ahmad Rofiqi, Lc., M.PdI sebagai narasumber. Kegiatan ini iikuti oleh sekitar 100 peserta dari berbagai latar belakang pendidikan dan profesi. [syahid/voa-islam.com]