JAKARTA (voa-islam.com), Lembaga kemanusiaan dan advokasi Perisai Nusantara Esa menyayangkan kembali terjadinya meninggalnya narapidana ketika menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan. Dodiek Kurniawan, Humas Perisai mengungkapkan, pemangku kebijakan seharusnya mulai serius menangani hal ini.
"Harusnya ini jadi perhatian khusus, jika memang meninggal karena sakit tentunya ada penyakit, dan mengapa tidak ditangani lebih serius," ungkap Dodiek Kurniawan, Senin (13/08/2018) malam.
Ia mengungkapkan, pemerintah harusnya mengawasi kesehatan para tahanan. Pihak lapas juga baiknya memperhatikan makanan, sanitasi sinar matahari yang diterima tahanan.
"Sudah jadi rahasia umum, nasinya pun tak layak dikonsumsi, ini yang harusnya jadi perhatian khusus oleh para pemangku kebijakan, bahwa kesehatan harus lebih diperhatikan agar kematian tahanan tidak lagi terjadi," ujarnya.
Berdasarkan keluhan para klien Perisai, Dodiek mengungkapkan para tahanan lebih banyak mengeluhkan makanan yang diberikan oleh pihak Lapas. Pasalnya, nasi yang diberikan cukup keras, bahkan, dari cerita klien Perisai, nasi itu mungkin harus diberi sedikit air agar bisa dimakan.
"Ada satu dua klien mengeluhkan, seperti di rutan Gunung Sindur, awalnya menu makanan tidak layak, kemudian sanitasi matahari mereka sangat kurang sekali," ungkapnya.
Keluhan para tahanan, sebut Dodiek, lebih kepada pembatasan kunjungan keluarga. Selain waktu yang sangat singkat, hanya 15 menit saja, kunjungan juga terkesan terlalu ketat, karena tidak ada interaksi fisik, hanya dapat bertemu dari balik kaca.
"Saat berkunjung misalnya tidak boleh membawa makanan di lapas maksimum sekuriti, di Pasir Putih itu, keluarga tidak bisa membawa makanan dari luar, kemudian masih ada sekat kaca, tidak ada interaksi fisik. Kemudian di Rutan Gunung Sindur, juga tidak ada interaksi fisik," ungkapnya.
Namun, lanjut Dodiek, setelah ada advokasi, terlihat ada sedikit perubahan dari pihak Lapas. "Kemudian sudah ada sedikit perubahan, kami mendapat informasi bahwa menu makanan sudah mulai membaik di rutan Gunung Sindur, itu satu contoh di Gunung Sindur, belum di lapas-lapas lain di seluruh Indonesia," ungkapnya.
"Alhamdulillah, setelah ada upaya advokasi, ada perbuahan, tapi kalau tidak dikontrol bisa kembali lagi. Memang lapas yang maksimum sekuriti ini sangat disayangkan perlakuan terhadap para narapidana. Misalnya tadi akses yang terbatas terhadap makanan yang dibawa oleh pengunjung, pengunjung dalam hal ini hanya boleh ya keluarga. Jadi pembatasan ini mengurangi hak asasi mereka, jadi ya mereka kan ingin mendapatkan makanan yang pantas, yang layak," tukasnya.
Sebelumnya, pada Senin pagi, Tim Pengacara Muslim mendapat kabar adanya satu narapidana terorisme yang sedang menjalani massa tahanan meninggal. Menurut Koordinator Tim Pengacara Muslim (TPM), Ahmad Michdan, pagi itu ia mendapat info seorang napi terorisme bernama Muhammad Irsan sudah meninggal di RSUD Cilacap. (bil/voa-islam)