PALU (voa-islam.com), Dua minggu berlalu bencana gempa dan tsunami menghantam Palu, Donggala, serta Sigi di Sulawesi Tengah, kondisi di wilayah tersebut relatif mulai kondusif.
Sejumlah toko, bengkel, dan rumah makan mulai banyak yang membuka kembali usaha mereka, namun hanya 45 % dari keseluruhan tempat usaha di Palu, Donggala, dan Sigi.
"Pengusaha atau pedagang pendatang rata-rata hanya menghabiskan stock, kalau sudah habis mereka akan mengungsi, karena distribusi barang masih sulit," kata relawan lokal, Noldi kepada voa-islam, Jumat (19/10/2018).
Aktivitas gedung-gedung pemerintah, SPBU, dan Bank sebagian besar juga sudah kembali berjalan. Kendati demikian, menurut Noldi, hampir rata-rata penduduk yang ditemui mengeluhkan lambatnya penanganan oleh pemerintah kota setempat. Padahal, status tanggap darurat masih berlaku. Peran relawan kemanusiaan, imbuhnya, untuk saat ini terdepan dan diandalkan untuk pengadaan logistik bagi pengungsi dna korban gempa.
"Mereka mengeluh, pemerintah lambat, mereka belum mendapat bantuan logistik, mereka mencari-cari sendiri untuk dapat logistik,"ujarnya.
Dalam pantauan voa-islam, sudah banyak jalan dan gedung yang dibersihkan di Palu. Akan tetapi, peruntuhan bangunan rusak belum banyak dilakukan. Pembersihan dan peruntuhan bangunan rusak serta pembenahan jalan baru diutamakan di jalan-jalan utama. Terkait keamanan, kondisi Palu, Sigi, dan Donggala relatif aman dan terkendali.
Polisi dan tentara mudah terlihat di banyak titik di kota Palu. Jalanan cukup lengang, walaupun sudah ramai kendaraan berlalu lalang. Sudah tidak ada lagi penjarahan atau pencegatan barang bantuan milik relawan.
Hanya saja, pada Kamis Pagi (18/10), sempat terjadi insiden penjarahan di Pelabuhan Laut Pantoloan. Masyarakat sekitar pelabuhan memasuki area bongkar muat kontainer.
"Satu kontainer dijarah warga, isinya pakaian, Polisi tidak bisa berbuat banyak,"ungkap Noldi.
Awalnya, lanjut Noldi, kontainer yang berhasil dibongkar posisinya memang cukup jauh dari pengawasan polisi. Sehingga, mereka berhasil membongkar sebuah kontainer.
"Polairud-nya melarang, sudah jangan dijarah cuma baju saja, tapi mereka tidak mengerti. Kalau kontainer lain tidak berani mereka bongkar," ungkapnya. (bil/voa-islam)