PALU (voa-islam.com), Satu titik pengungsian korban gempa dan tsunami di Palu yang cukup ramai adalah bukit Thursina. Pengungsian ini menampung saat awal gempa hingga 20.000 jiwa. Setelah dua minggu pasca gempa sekira 7000 ribu jiwa masih di tampung di lokasi ini. Bukit Thursina berada di dataran tinggi berbukit-bukit di Kel. Kabonena, Kec. Ulujadi, Palu Barat.
Siapa sangka ternyata lokasi pengungsian ini berada di sekitar musholla dan rumah Habib Muhammad Shaleh bin Abu Bakar Alaydrus, yang menjadi markaz Majelis Zikir Nurul Khairat, Majelis Zikir yang diasuh olehnya. Para pengungsi bisa dibilang tinggal di tenda-tenda mengelilingi markas majelis zikir tersebut.
Lokasi Majelis zikir sendiri memang berada paling pojok di puncak perbukitan. Saat voa-islam berkunjung ke sana, lautan di teluk Palu bisa terlihat dari atas sana, menghiasi jajaran tenda-tenda yang berdiri di seputaran perbukitan.
Dalam kesempatan itu, voa-islam pada Jumat lalu (19/10/2018) diajak bertemu dengan habib Shaleh, suatu kesempatan yang sangat langka dari sisi jurnalistik. Sebab, Habib Shaleh sangat menghindari publikasi dirinya di media.
Tidak anti wartawan dan media, hanya saja wawancara langsung secara formal menggunakan alat atau kamera, bekiau menghindar.
"Kalau diajak wawancara bertemu wartawan terkadang mau, sudah diajak bincang-bjncang, tapi pas kamera dinyalakan beliau arahkan ke stafnya," kata Andi, salah satu murid Habib Shaleh yang menjadi koordinator urusan pengungsian.
Saat bincang-bincang, dengan voa-islam dan sejumlah relawan, Habib Shaleh banyak memberikan nasehat dan pandangan. Salah satunya, ia meminta semua pihak untuk memberi bantuan secara ikhlas tanpa kepentingan kelompok apapun.
"Jangan memberi bantuan pilih-pilih, kalau bukan kelompoknya tidak dikasih, ini tidak benar. Kita sosial sjaa hanh dikedepankan," kata Habib Shaleh.
Habib Shaleh juga menceritakan aktivitas posko pengungsian miliknya, ia menjelaskan bahwa posko yang dikelola majelis zikir miliknya punya kurang lebih 150 cabang di seantero Palu, Sigi, dan Donggala.
"Posko kita kasih nama, posko Madinah 517, agar orang ingat Shalat dan shalawat,"ujarnya.
Sejak awal gempa, posko Madinah tidak hanya menampung puluhan ribu pengungsi. Tapi, posko juga menyalurkan banyak bantuan dari dermawan dan donatur untuk para pengungsi. Posko juga sejak awal peristiwa gempa dan tsunami melakukan evakuasi korban jiwa yang meninggal dari reruntuhan atau timbunan.
Voa-islam melihat bagaimana suasana markas Habib Shaleh ramai oleh para santri yang sibuk mengatur keluar masuknya bantuan. Oleh karena itu, banyak NGO dan lembaga kemanusiaan ikut membantu menyalurkan bantuan di lokasi pengungsian tersebut.
"Ini jumlah korban yang berhasil di evakuasi," kata Habib Shaleh menunjukkan secarik kertas berisi daftar korban yang ditempel di dinding dekat dirinya.
Menurut Habib Shaleh, saat ini jumlah pengungsi di tempatnya memang berkurang. Karena, Habib Shaleh memotivasi pengungsi untuk berani kembali kepada kehidupan normal.
"Kita motivasi dan dorong mereka agar tidak takut, agar berank bangkit hidup seperti sedia kala, jangan hanya bergantung pada bantuan terus menerus. Jadi, sebagian sudah berani keluar dari sini (pengungsian, red)," ungkapnya.
Habib Shaleh merupakan sosok ulama kharismatik yang sangat dihormati masyarakat di kota Palu, Majelis Zikir yang ia kelola bukan hanya All Out menangani tanggap bencana secara fisik, tapi beliau juga sangat memperhatikan sisi ruhani dan aqidah masyarakat. Habib Shaleh mengkritik kemaksiatan dan perilaku aqidah yang melenceng, baginya hal tersebut memicu datangnya bencana.
"Kalau bisa perhatikan aqidah umat, saat bencana rawan sekali orang memanfaatkan situasi untuk mengajak pindah agama," katanya.
Saat voa-islam bertemu dengan Habib Shaleh, Majelis Zikir Nurul Khairat juga sedang bersiap-siap menggelar zikir bersama di Pantai Talise.
"Nanti kalau kalian sempat datang ke pantai, kita akan adakan Zikir bersama, agar kita bertajbat mengungat Allah," ujarnya. (bil/voa-islam)