View Full Version
Kamis, 01 Nov 2018

Ustaz Somad: Bendera Tauhid Simbol Persatuan Umat, Digunakan pada Kondisi Perang Maupun Damai

BEKASI (voa-islam.com)—Pembakaran bendera tauhid oleh anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) pada peringatan Hari Santri Nasional baru-baru ini mendapat perhatian banyak pihak. Termasuk Ustaz Abdul Somad. 

Dalam video wawancara di channel Youtube Taffaquh Video, Senin (29/10/2018), Ustaz Somad mengungkapkan soal bendera tauhid. Pada awal video Ustaz Somad menjelaskan awal mula bendera tauhid ketika masa Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. 

Dikatakan Ustaz Somad, dalam berislam yang paling tinggi menjadi referensi adalah al-Quran, kemudian Hadits Nabi. "Yang paling tinggi referensi dalam Islam, Alquran. Ahlus sunnah wal jama'ah menggunakan sunnah sahih Al Bukhari. Di bawah (sunnah) Sahih Bukhari, sahih Muslim. Disusun oleh Imam Muslim Ibnu Majah An Naisaburi Al Husairi, meninggal tahun 261 hijrah," jelas Ustaz Somad.

"Kalau kita baca Sahih Muslim, kita tidak paham isinya, jangan terjemahkan sendiri, baca penjelasannya. Namanya Syarah Sahih Muslim Al Minhaj Bi Sharh Sahih Muslim ditulis oleh Imam al-Nawawi tahun 676 hijrah. Dalam Syarah Sahih Muslim, kata Imam Al Nawawi, Ar Royatu al alla mutsair, Al Liwaul Al'la mulkabir. Bendera dalam bahasa arabnya ada dua, satu Ar Royah, satu Al Liwa," tambah dia.

Ustaz Somad mengungkapkan, jika Ar Royatu al alla mutsair, yakni Royah bendera kecil yang dibawa oleh pasukan-pasukan kecil.

Sedangkan, pasukan besar katanya memiliki satu bendera besar yang dinamakan Al Liwa, yakni Al Liwaul Al'la mulkabir atau bendera besar.

"Kita pasukan besar ini, satu bendera khusus, seluruh pasukan lihat mana bendera, namanya Al Liwa. Sedangkan untuk satu panglima yang kecil-kecil, komandan pasukan kecil itu bawa namanya Ar Royah. Sudah jelas, Ar Royah-bendera kecil, Al Lisa-bendera besar," ungkap Ustaz Somad.

Terkait mengenai warna bendera, Ustaz Somad menceritakan kisah kedatangan Nabi Muhammad SAW ke kota Mekkah yang tertuang dalam Surat An Nasr.

Ketika itu, Nabi Muhammad membawa sebanyak 10.000 pasukan pada tahun 8 Hijriyah.

Bendera yang dibawa pasukan diungkapkan Ustaz Abdul Somad Ingatkan berwarna putih. Sehingga apabila bendera berwarna putih, maka tulisannya hitam dan sebaliknya.

"Sudah jelas warnanya, sudah jelas fungsinya untuk apa, menyatukan pasukan. Lalu kemudian, apakah ini (bendera) akan dipakai hanya perang saja? Tidak. Karena waktu Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam masuk ke kota Mekkah tidak ada perang, waktu itu masuk dengan damai," ungkap Ustaz Somad.

"Ijaza anasrullah hiwal faj, ketika datang pertolongan Allah dan kemenangan; wara aitan nas, lihat penduduk Mekkah, yadkhulu na fii dinillah, mereka masuk ke dalam agama Allah; af waa jaa, berbondong-bondong, tidak ada perang-damai. 19 hari Nabi di kota Mekkah Al Mukkaramah-rekonsiliasi, seluruh penduduk, aman, damai, tenteram, tidak ada satu telinga yang digunting," tambahnya.

Lebih lanjut diungkapkannya, ketika pasukan berkata, 'Hadza yaumul malhamah', ini hari balas dendam.

Dulu kalian sobek jantung Hamzah (Hamzah bin Abdul Muththalib), hari ini kami akan merobek jantung kalian. Tapi kata nabi, 'Hadza yaumul marhamah', ini hari kasih sayang.

"Artinya, ketika ada orang mengibarkan bendera itu, lalu kita berkata, ini kan bukan perang, tidak perang pun bendera itu tetap dipakai. Sebagai simbol persatuan," jelas Ustaz Abdul Somad.

Ustaz Abdul Somad pada kesempatan itu juga menyampaikan bagaimana Mush'ab Ibnu Umair mengecoh pasukan kafir dengan mengangkat bendera supaya pasukan kafir Quraisy tidak mengejar Nabi SAW, di Perang Uhud.

"Mush'ab mengangkat bendera ke atas supaya ketika bendera dinaikkan ke atas, maka pasukan Islam akan berada di belakang dan musuh mengnggap itu Muhammad shallallahu alaihi wasallam, itu dia. Maka Mush'ab menaikkan bendera. Lalu kemudian pasukan Islam berada di belakang.

Saat yang sama ini berbahaya kata musuh. Karena kalau bendera sudah di atas, itu pasukan bersatu.

Ketika naik, pasukan mulai menyatu. Mereka menyangka mereka mengejar. Bukan mengobrak-abrik pasukan tapi bagaimana supaya bendera ini jatuh.

Maka mereka potong itu tangan Mush'ab, mereka tebas tangannya putus. bendera jatuh.

Mush'ab tak menghiraukan darah muncrat dari tangannya yang putus. Tangan kanan ditebas, Mush'ab mengambil bendera dengan tangan kiri.

Supaya bendera tetap tegak. Dengan memekikkan takbir bendera diangkat Mush'ab dengan tangan kiri.

Tangan kirinya juga ditebas. Selanjutnya Mush'ab menggunakan ujung tangannya yang tak lagai berjari mengambil tiang bendera supaya tetap tegak berdiri. Pasukan Quraisy kemudian menusuk jantung Mush'ab sebanyak tiga kali sampai akhirnya Mush'ab syahid.* [Dbs/Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version