JAKARTA (voa-islam.com) - Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ustadz Fahmi Salim mengaku sangat kecewa dengan pernyataan dari KH Ma'ruf Amin yang merasa menyesal telah menjadi saksi persidangan sehingga membuat Ahok sang penista agama di penjara.
"Jujur saya sangat kecewa dengan pengakuan menyesal Pak Kyai. Beberapa kali saya silaturahim dengan beliau sejak Aksi 212 tahun 2016 lalu hingga sebelum pengumuman capres cawapres 2018 dia selalu katakan: "menurunkan Ahok itu JIHAD. Kalau perlu, saya siap turun lapangan sendiri, sebab Ahok berbahaya secara agama dan ancaman bagi kebangsaan," ungkap Fahmi Salim yang juga wasekjen MIUMI ini kepada voa-islam.com, Rabu hari ini (2/1/2019).
Sebagai orang yang sama-sama di MUI, Fahmi Salim cukup sering berinteraksi dengan Kiai Ma'ruf yang saat ini menjadi cawapres Jokowi untuk pilpres 2019 mendatang. Dan beliau sangat paham bagaimana sikap Kiai Ma'ruf dahulu terkait kasus Ahok.
"Pak Kiai telinga saya sangat bagus dan tak pernah tuli, otak saya masih sehat dan waras tak akan lupa kata-kata bapak. Tapi kenapa Kiai sekarang mengingkari kata-katanya sendiri," ujar Fahmi.
Terkait kecaman Kiai Ma'ruf dahulu terhadap Ahok yang menista agama Islam dan ulama, bagi Fahmi Salim kecaman tersebut masih relevan hingga saat ini. Sehingga semua partai pendukung Ahok saat pilkada DKI Jakarta 2017 lalu dan yang kini berkoalisi kembali di pilpres 2019 masih dalam semangat yang sama, yaitu mendukung sikap Ahok si penista agama sehingga sampai tokoh sekaliber Kiai Ma'ruf pun dimintai klarifikasi dan didesak menyesal dan meminta maaf kepada Ahok dan para pendukungnya.
"Hal ini kasat mata sekali, bahwa koalisi pendukung Ahok 2017 masih sama spiritnya dengan koalisi pendukung Jokowi 2019. Jadi hemat saya koalisi mereka itu, meminjam ungkapan Pak Kyai, berbahaya secara agama dan ancaman bagi kebangsaan," pungkas Fahmi.[fq/voa-islam.com]