View Full Version
Ahad, 10 Mar 2019

MUI Kebumen: Sekte Islam Sejati Aliran Sesat

KEBUMEN (voa-islam.com) - Kemunculan aliran Islam Sejati sempat membuat gerah warga Kebumen, Jawa Tengah, terutama di Desa Sumberhadi Kecamatan Kebumen. Disinyalir, di desa inilah, pendiri Islam Sejati, Hadi alias HS (70) memiliki pengikut paling banyak.

Ajaran Islam Sejati banyak yang bertentangan dengan paham Islam ahlussunnah wal jamaah yang dianut oleh mayoritas umat Islam di dunia, termasuk di Indobesia. Kasubbag Humas Polres Kebumen, AKP Suparno, mengatakan, berdasar kajian MUI dan Kementerian Agama, ada beberapa ajaran yang dianggap melenceng, yakni, rukun Islam yang tidak sebagaimana mestinya.

Pengikut Islam Sejati juga tidak percaya Alquran dan Hadis, dan bahkan cenderung mencemooh. Mereka tidak percaya adanya Nabi Muhammad SAW. “Kemudian percaya adanya alam akhirat seperti dunia, zakat yang sangat memberatkan, dan amalan-amalan lain yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam,” katanya, lansir Gatra.com.

Dengan merebaknya kabar penyebaran ajaran ini, kepolisian khawatir, ada pihak-pihak yang memperkeruh kondisi masyarakat yang tengah bergolak. Karena itu, kepolisian segera berkoordinasi dengan Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kebumen untuk secepatnya meredam.

Akhirnya pimpinan dan pengikut Islam Sejati yang berjumlah sekitar 15 orang pun bertobat. Sebagian melakukannya di rumah salah satu warga di Sumberhadi pada Senin 4 Maret 2019, sebagian besar yang lain bertobat di musala Mapolres Kebumen, Rabu, 6 aret 2019.

Menyebarnya ajaran Islam Sejati tak pelak menjadi perhatian Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementerian Agama (kemenag) Kebumen. Sebab itu, MUI meminta agar masyarakat untuk mengenali tanda-tanda ajaran sesat atau ajaran Islam yang melenceng. Ketua MUI Kebumen, KH Nur Sodiq mengemukakan, ada 10 tanda-tanda ajaran Islam yang menyimpang. Di antaranya, menambah atau mengurangi rukun Islam dan Iman. Mengingkari Alquran dan Hadis sebagai landasan hukum.

Tanda-tanda yang lain, mengubah tata cara ibadah seperti pada umumnya. Kemudian, mengafirkan kelompok lain karena bukan kelompoknya. Kemudian, mengingkari salah satu rukun iman dan Islam, serta meyakini adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW. “Itu beberapa tandanya,” kata Nur Sodiq.[fq/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version