View Full Version
Rabu, 13 Mar 2019

Dewan Pembina Thoriquna: Pilih Partai Islam yang Masih Istiqomah Perjuangkan Kepentingan Umat

Fenomena bermunculannya partai-partai Islam pasca reformasi hingga sekarang, dinilai sebagian pihak masih kurang perannya dalam membela kepentingan umat Islam. Bahkan dalam beberapa kasus, partai Islam yang diharapkan bisa mendukung aspirasi umat, justru bertolak belakang dengan apa yang diinginkan umat. Kasus pelecehan Islam terkait surat Al-Maidah ayat 51 yang dilakukan mantan gubernur DKI Ahok, malah partai yang mengklaim sebagai rumah besar umat Islam dan berlambang Ka'bah justru sebagai pembela utama.

Beberapa waktu lalu voa-islam.com sempat berbincang-bincang dengan Ketua Dewan Pembina lembaga dakwah Thoriquna, ustaz Haris Amir Falah terkait masalah ini khususnya tentang masa depan Partai Islam dan caleg Muslim pada pileg dan pilpres 2019 mendatang.

Berikut wawancaranya:

Bagaimana ustaz melihat Partai Islam saat ini?

Jadi kita lihat sekarang ini sebetulnya arah perjuangan yang berkiblat kepada pembelaan kepada umat itu semakin mengkristal. Jadi kita tidak lagi melihat seperti muncul-muncul partai islam pada awal reformasi sekitar 20 tahun yang lalu. Kita lihat sekarang justru partai-partai Islam semakin tidak terdengar bagaimana kiprahnya tapi para calon-calon legislatif yang akan menduduki DPR nanti itu kita lihat masih banyak kekuatan-kekuatan Muslim yang bisa diharapkan oleh umat agar memperjuangkan aspirasi umat.

Jadi partai Islam apa yang layak dipilih umat pada pemilu nanti?

Tanpa menyebutkan nama partai yah, partai islam yang tentunya masih komitmen bukan sekedar simbol tapi juga dalam nilai serta punya komitmen terhadap islam, komitmen terhadap islam kemudian perjuangannya juga komitmen untuk kepentingan umat. Jadi partai-partai Islam yang hari ini masih konsisten atau istiqomah untuk menegakkan memperjuangkan kepentingan umat, itulah saya rasa partai menjadi pilihan dan partai harapan bagi umat Islam.

Tapi semua partai Islam mengklaim berjuang untuk Islam dan umat Islam?

Kita lihat saja dari sikap-sikap dan pembuktiannya yah, ketika muncul undang-undang atau rancangan undang-undang yang tidak berpihak pada umat tapi ada partai yang menyatakan dirinya sebagai partai Islam mereka justru mendukung RUU yang notabene akan merugikan umat Islam. Nah partai-partai seperti itu meskipun berlambang Islam, bernama Islam misalnya. Partai yang seperti itu menjadi sesuatu yang harus dipikirkan lagi dipikir ulang oleh umat Islam (untuk dipilih, red) bukan hanya sekedar nama tapi visi dan misinya itu betul-betul dibuktikan berjuang untuk umat.

Bagaimana dengan fenomena caleg Muslim yang punya komitmen keumatan namun bukan dari partai Islam?

Saya lihat sekarang memang kita tidak harus terlalu berorientasi kepada partai tapi berorientasi kepada tiap individu calon-calon legislatif ini yang meskipun antara dia dan partainya berbeda dalam kebijakan. Partainya misalnya tidak mendukung Islam tapi dia nya sendiri tetap komitmen mendukung islam, itu saya rasa yang justru menjadi harapan buat umat Islam. Bisa jadi nanti suatu ketika, kita liat fenomena bahwa antara partai dengan calegnya ini akan berbeda kebijakan nah yang kemudian komitmen untuk tetap memperjuangkan aspirasi umat Islam itulah yang menjadi pilihan buat umat Islam.

Mungkinkah terjadi koalisi partai-partai Islam?

Kemungkinan selalu ada tapi yang harus dihilangkan adalah egoisme partai bahwa kalau emang ini betul-betul partai Islam sama-sama memperjuangkan umat seharusnya mereka menanggalkan egoismenya. Mereka berkoalisi paling tidak harus menunjukkan sebuah perlawanan terhadap apa yang kita lihat kesombongan-kesombongan partai sekuler yang jelas-jelas mereka sudah menyuarakan begitu banyak ide-ide yang akhirnya akan merugikan Islam dan kaum Muslimin.[fq/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version