View Full Version
Selasa, 21 May 2019

Nilai Strategis Peran Jurnalis Dalam Sosialisasi Wakaf

JAKARTA (voa-islam.com]--Sekretaris Badan Wakaf Indonesia (BWI), H. Sarmidi Husna, MA menyatakan, peran jurnalis atau wartawan dalam sosialisasi wakaf, khususnya gerakan wakaf produktif, sangat strategis. Karena bisa menyampaikan informasi masalah wakaf pada umumnya kepada masyarakat luas.

Menyadari perannya yang begitu penting, katanya lebih lanjut, maka dalam rapat Pleno BWI beberapa waktu lalu, memutuskan pentingnya memberikan pelatihan jurnalistik kepada para staf BWI Pusat, khusuanya dan kalangan BWI perwakilan di sekitar Jabodetabek.

‘’Jadi, BWI Pusat menyelenggarakan pelatihan jurnalistik sekarang ini, dasarnya keputusan rapat pleno. Semua itu, karena kami di BWI Pusat menyadari perlunya untuk menjadikan para staf BWI Pusat dan BWI perwakilan-perwakilan agar punya kemampuan untuk menulis, khususnya tentang wakaf. Sehingga informasi tentang wakaf bisa sampai ke masyarakat luas,’’ tegas Sarmidi saat membuka Pelatihan Jurnalistik staf BWI di Hotel Aston Simatupang, Jakarta, Jumat 17 Mei lalu.

Pelatihan jurnalistik ini, tidak hanya diikuti oleh staf BWI Pusat, tetapi perwakilan-perwakilan BWI sekitar Jabodetabek, sejumlah perwakilan dari Forum Wakaf Produktif serta dari institusi nazhir dan anggota BWI sendiri. Jumahnya mencapai sekitar 25 orang.

Acara ini hanya berlangsung sehari, dengan materi dasar-dasar pemahaman jurnalistik yang disampaikan oleh Musthofa Helmy, mantan wartawan senior Majalah Berita Mingguan Tempo yang kini sebagai Pemred Majalah Ar Risalah, NU. Ada materi teknik penulisan jurnalistik oleh Wapemred Harian Kompas, Mohammad Bakir dan materi kehumasan oleh Humas Ditjen Pendis, Kementerian Agama, Muhtadin.

Sarmidi yang dikenal sebagai ulama muda atau Ustad ini lantas mengungkapkan bahwa berita atau informasi itu, statusnya sebagai wasilah atau perantara. Sehingga, kalau wasilah itu sebagai sesuatu terwujudnya suatu amal, seperti menjadi wakif atau pemberi wakaf, maka adanya peran jurnalis yang menulis tentang wakaf, sehingga karena pemberitaan itu, seseorang berwakaf, maka pemberita atau penulis tentang wakaf itu, akan mendapat pahala karena tulisannya. ‘’Jadi, peran jurnalis itu sangat mulia,’’ tegasnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, beberapa isi Al Quran, juga sebagai ‘’berita atau informasi’’ yang dikatakan sebagai ‘’naba’’ atau berita. Ini bisa dilihat dalam surat ‘’An Naba’’ atau dikenal awal Juz ‘Amma. Dalam surat itu, Allah menceritakan atau memberitakan, bahwa kalangan orang-orang Qurais mempertanyakan Al Quran yang dibawa oleh Rasulullah. ‘’Nanti mereka akan tahu,’’ kata Allah.

Berangkat dari apa yang diungkapkan dalam Surat An Naba itu, menurut Sarmidi, sebenarnya masalah berita, sudah lama adanya. ‘’Sekarang bagaimana menulis berita? Khususnya berita terkait wakaf. Saya bisa menulis berita, tetapi kalau harus dilengkapi dengan foto, itu yang saya tidak bisa. Padahal, berita yang bagus, jika didukung oleh foto,’’ katanya, terus terang.

Sekarang BWI menyelenggarakan pelatihan jurnalistik. Menurut Sarmidi, kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, sehingga para peserta bisa menulis berita dengan baik dan bisa menjadikan informasi tentang wakaf bisa meluas di kalangan masyarakat.

‘’Terus terang, sampai saat ini, pemahaman masyarakat tentang wakaf itu masih terbatas pada wakaf harta tak bergerak, seperti tanah untuk pendidikan, masjid, musholla atau untuk lahan pemakaman,’’ ungkapnya.

Padahal, sejak lahirnya UU No 41 Tahun 2004, wakaf itu tidak terbatas wakaf harta tidak bergerak, seperti tanah, juga harta bergerak. Seperti uang, saham, deposito, Asuransi, SUKUK. Bahkan, hak property right atau hak cipta, juga bisa diwakafkan.

‘’Informasi-informasi seperti itulah, yang harus banyak diberitakan, sehingga masyarakat memahami wakaf dengan baik,’’ katanya lebih lanjut.

Oleh karena itu, menurut Sarmidi, pelatihan jurnalistik yang akan memberikan tuntunan praktis mengenai bagaimana menulis suatu berita, diharapkan akan bisa memberikan ilmu pengetahuan yang praktis yang bisa memberikan kemampuan bagi peserta, bagaimana menulis berita sesuai kaidah-kaidah jurnalistik.

‘’Saya juga mendengar dari panitia, bahwa pelatihan ini akan dikuti dengan praktik menulis berita. Ini bagus banget, sehingga para peserta akan bisa mempraktekkan pengetahuan yang didapatnya dalam pelatihan ini. Semoga apa yang kita usahakan ini selalu mendapat ridla Allah, sehingga kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat,’’ ujarnya kemudian.* [Syaf/voa-islam.com]

 


latestnews

View Full Version