View Full Version
Ahad, 26 May 2019

Catatan Jamaah Ansharu Syariah Pasca Aksi 22 Mei

JAKARTA (voa-islam.com)--Kerusuhan yang terjadi pasca aksi menolak kecurangan Pemilu 2019 di depan Kantor Bawaslu RI pada 21 dan 22 Mei lalu menyisakan catatan bagi umat Islam. Jamaah Ansharu Syariah mencatat ada beberapa hal yang harus dicermati oleh umat Islam dalam pergerakannya ke depan.

Berikut ini catatan Jamaah Ansharu Syariah pasca Aksi 22 Mei:

1. Masyarakat tidak diberi ruang untuk menyampaikan hak konstitusionalnya

Juru bicara Jamaah Ansharu Syariah, Ustaz Abdul Rochim Ba’asyir mengatakan, menyampaikan aspirasi akan ketidakpuasan rakyat terhadap kinerja pemerintah merupakan hak warga negara yang dilindungi hukum. Akan tetapi dalam aksi 22 Mei, Ustaz Iim menilai justru aparat telah menghalangi hak-hak tersebut.

Hal itu dapat dilihat dari banyaknya upaya penghadangan massa yang ingin mengikuti aksi yang digelar di depan kantor Bawaslu RI, Jl.Thamrin, Jakarta Pusat itu.

“Upaya menghalangi perjalanan mereka itu begitu masif, banyak yang dicegat dijalan disuruh balik dan bahkan ditangkap lalu dibawa ke kantor polisi dan di proses,” katanya.

Aparat, kata dia, seharusnya melayani hak konstitusi warga untuk menyampaikan pendapat, bukan menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan. Tindakan aparat tersebut justru menjatuhkan simpati masyarakat terhadap institusi kepolisian.

“Seharusnya tidak boleh menghalanginya tapi memberikan ruang untuk supaya rakyat menyampaikan ketidakpuasannya kemudiannya pemerintah mengambil langkah-langkah yang terbaik untuk menangani atau mengatasi permasalahan-permasalahan yang diadukan rakyat itu dan merespon dengan sebaik-baiknya, lalu kemudian mencari solusi terbaik dari permasalahan yang ada sehingga tidak terjadi kekacauan dan tidak ketidapuasan yang berkepanjangan di masyarakat,” paparnya.

 

2. Aksi 22 Mei dimanfaatkan kelompok “jadi-jadian”

Ustaz Iim menilai, aksi damai menolak kecurangan pemilu yang diinisiasi oleh Gerakan Nasional untuk Kedaulatan Rakyat (GNKR) juga telah ditunggangi oleh pihak ketiga yang ingin mengacaukan situasi. Ia menyebutnya dengan kelompok ‘jadi-jadian’.

Menurutnya, kelompok tersebut membuat provokasi-provokasi agar massa umat Islam melakukan tindakan-tindakan melawan hukum. Padahal, lanjutnya, dalam aksi-aksi besar sebelumnya umat Islam telah membuktikan bahwa mereka adalah massa yang santun dalam menyampaikan aspirasinya.

“Kelompok ‘jadi-jadian’ inilah pengacau yang sebenarnya, mereka melakukan aksi provokatif untuk memancing kemarahan kedua belah pihak hingga terjadilah bentrokan yang berlangsung selama dua hari tersebut,” katanya.

Ia juga mengutuk keras tindakan represif aparat melakukan serangan-serangan membabi buta dan brutal.

Ustaz Iim mengatakan, tindakan aparat yang berlebihan tersebut membuat jatuhnya korban jiwa dari kalangan umat Islam. Kendati sebagian para perusuh telah ditangkap, namun Ustaz Iim juga meminta pemerintah untuk menidak tegas oknum aparat yang bertindak melawan hukum.

 

3. Menyaring informasi

Ustaz Iim juga meminta umat Islam untuk bijak dalam menyikapi informasi yang berkembang khususnya melalui media sosial. Ia mengatakan, umat Islam untuk melakukan verifikasi informasi kepada pihak-pihak yang terpercaya di kalangan umat.

Dalam kondisi seperti ini, kata dia, umat Islam wajib mengamalkan surat Al-Hujurat ayat 6.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.

 

4. Memperjelas kembali arah perjuangan

“Apa yang kita perjuangkan bukan semata-mata kemenangan 02, akan tetapi ada cita-cita lain yang lebih mulia yaitu kemaslahatan Islam dan kaum muslimin,” kata Ustaz Iim.

Umat Islam seyogyanya kembali menyadari bahwasannya tujuan utama perjuangan umat bukan hanya kemenangan Prabowo. Ustaz Iim mengingatkan, dukungan umat Islam kepada pasangan Prabowo-Sandi hanyalah wasilah (jalan) untuk mengembalikan kedaulatan umat Islam di Indonesia.

“Artinya ketika memang upaya untuk mendukung pasangan 02 ini adalah dalam rangka untuk merealisasikan kemaslahatan buat Islam dan kaum muslimin. Walaupun seharusnya standar perjuangan yang harusnya dilakukan oleh umat Islam lebih dari itu, yaitu tegaknya Izzul Islam Wal muslimin dan tegaknya nilai-nilai keislaman secara murni di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, itu seharusnya itu yang diperjuangkan,” paparnya.

Ia menjelaskan, perjuangan itu harus dilakukan secara bertahap sebagaiman yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dalam negara demokrasi seperti Indonesia, kata dia, umat Islam dituntut untuk jeli dalam memaknai siasah (politik) yang dilakukan.

“Dalam beberapa hal seakan-akan itu bertentangan dengan nilai-nilai Islam, akan tetapi sebenarnya di sana ada tujuan-tujuan siyasah yang lurus dengan nilai-nilai Laailaah illallah. Disinilah kita dituntut untuk jeli dan pintar, umat harus mau belajar dan meluruskan niatnya dalam rangka menegakkan Izzul Islam wal muslimin,” jelasnya.

 

5. Hari kedepan akan semakin berat

Ustaz Iim mengatakan, jika hari-hari umat Islam kedepan akan semakin berat. Umat Islam akan dituntut untuk mempunyai kesabaran ekstra.

Ia melihat rezim saat ini adalah ujian bagi kaum muslimin. Dengan segala kedzaliman yang dilakukan rezim kepada umat Islam, Ustaz Iim menilai semua itu adalah cara Allah untuk mengangkat derajat umat Islam Indonesia.

“Semua ujian itu tujuannya adalah untuk mengangkat derajat seseorang hamba itu di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, kalau kita lulus maka nilainya akan semakin tinggi, kalau kita gak lulus ya kita akan terjerembab di situ, kita akan termasuk orang yang terhina dan bisa jadi kita termasuk orang yang telah meninggalkan nilai-nilai Dinul Islam itu,” tegasnya.

Oleh sebab itu, ia mengimbau umat Islam untuk bersabar dan tetap istiqomah dalam perjuangan menegakkan Dinul Islam sembari terus melakukan evaluasi internal.

 

6. Tetap jaga ukhuwah islamiyah dan berhusnuzhan kepada Allah SWT

Dalam kondisi seperti ini, Ustaz Iim meminta umat Islam untuk tetap menjaga ukhuwah islamiyah dengan mengenyampikan perbedaan-perbedaan yang tidak bersifat prinsip.

Seluruh elemen umat Islam harus terbuka dan saling menasehati dalam kesabaran dan kebenaran. Menurutnya, hal itulah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya dalam meraih kemenangan.

“Kalau perbedaan yang sifatnya tidak prinsip, sekali lagi harus kita buang jauh dan kita harus menyatukan langkah-langkah kita, harus ada husnuzan kepada sesama kaum muslimin sambil menasehati jika ada kekurangan, memang begitulah akhlak setiap muslim itu pada muslim yang lainnya,” tuturnya.

Jika tidak demikian, kata dia, umat Islam akan terus menjadi objek dan diadu domba dan kekuatan umat dihabiskan hanya untuk berseturu dengan sesamanya.

Untuk itu, ia meminta seluruh elemen umat untuk kembali merapatkan barisan dan menyusun strategi selanjutnya untuk kemenangan Islam dan kaum muslimin.

“Yang ini saya garis bawahi adalah kebersamaan dan kesatuan kaum muslimin, hubungan silaturahmi dengan berbagai elemen yang ada di berbagai daerah itu harus diintensifkan harus ditingkatkan supaya nyambung kembali, supaya kemudian bersatu kembali mungkin dinding-dinding yang selama ini terkunci itu bisa kita hancurkan untuk kemudian menggalang kekuatan yang padu yang satu karena kita akan bisa jadi ke depan ini kita akan menghadapi situasi yang berat,” pungkasnya.* [Ril/syaf/voa-islam.com]

latestnews

View Full Version