View Full Version
Senin, 17 Jun 2019

Fenomena Pembubaran Kajian

MALANG (voa-islam.com)- Ustaz Abdullah Hadrami menyoroti pembubaran kajian oleh kelompok tertentu yang terjadi belakangan ini. Dalam penglihatannya, kata dia, sebetulnya hal demikian bisa saja dihindari apabila di antara umat Islam yang berkelompok itu mau duduk bersama.

Kemudian masing-masing melakukan komunikasi yang baik. Ia mengambil contoh kasus di Aceh belum lama ini.

Berikut kata dia, yang dikutip dari IG pribadinya, Senin (17/6/2019):

Menyikapi fenomena pembubaran kajian, kami ingin berkontribusi mengajak berfikir semua pihak dan membantu memberikan solusi. Ada dua macam pembubaran; kasar dan halus.

  1. Pembubaran secara kasar biasanya dilakukan pihak yang merasa mayoritas dan mempunyai massa dengan cara mengerahkan massa, persekusi dan pembatalan acara kajian.
  2. Pembubaran secara halus biasanya dilakukan pihak yang minoritas dengan cara melarang orang hadir dan menuduh pematerinya sesat, syubhat, ahli bid’ah dan semisalnya.

Jadi intinya, keduanya sama saja, membubarkan kajian orang lain. Hanya saja dengan cara yang berbeda.

Solusinya?!

Solusinya adalah duduk bareng sambil ngopi (apalagi kopi Aceh, zen wa ajib), kemudian pikiran masing-masing pihak dikomunikasikan dengan baik. Lalu didiskusikan layaknya orang dewasa yang memiliki basis moral akhlakul karimah dan intelektual Islami.

Sambil merenungkan Firman Allah dan Kitab Suci Al-Qur’an, surat 53 An-Najm Ayat 32 ini;

فَلَاتُزَكُّواأَنفُسَكُمْهُوَأَعْلَمُبِمَنِاتَّقَىٰ

“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia-lah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”

Jangan merasa paling pinter, paling nyunnah, dan paling-paling lainnya. Semuanya sama memiliki 1001 hujjah dan argumentasi untuk membela dirinya dan kelompoknya, dan menyerang kelompok lain.

Kita semua adalah sama, beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah; NU, Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persis, Habaib, Salafy, Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh, dan lain-lain.

Ahlul Bid’ah itu adalah yang menyimpang aqidahnya, seperti; Khawarij, Murji’ah, Rafidhah, Nawashib, Qadariyyah, Jabriyyah, Mu’tazilah, Jahmiyyah, dan lain-lain.

Kita harus terus belajar adab berbicara dengan orang lain dan adab menyikapi perbedaan.

Ini di antara solusi jika kita ingin hidup berdampingan secara damai lintas organisasi; boleh berbeda, tapi saling menghargai dan menghormati dengan berusaha memahami sudut pandang yang berbeda.

Ya Allah, hanya kepada-Mu hamba mengadu…

Semoga Bermanfaat.”


latestnews

View Full Version